Emoji semangka menjadi tanda dukungan terhadap Palestina
Emoji semangka kini bertebaran di media sosial sebagai tanda dukungan terhadap Palestina, terutama penduduk Gaza yang sedang dibombardir Israel. Di balik penggunaan emoji semangka, ternyata ada perlawanan terhadap keberpihakan media sosial raksasa seperti Instagram, TikTok, dan Facebook dalam konflik Israel-Palestina.
Semangka sudah lama menjadi simbol yang digunakan untuk mewakili dukungan terhadap Palestina. Karena netizen pendukung Palestina curiga ada sensor besar-besaran terhadap konten Gaza, mereka menggunakan emoji semangka untuk menggantikan bendera Palestina.
Seperti halnya bendera Palestina, emoji semangka mengandung warna merah, hitam, dan hijau.
Menurut TechCrunch, penggunaan emoji semangka sebagai pengganti bendera Palestina adalah sebuah bentuk dari “algospeak” yaitu penggunaan simbol secara online untuk menghindari sensor konten. Metode ini, terutama, digunakan untuk menghindari “shadowbanning”, yaitu pembatasan penyebaran konten tertentu tanpa pemberitahuan.
Contoh lain dari algospeak adalah penggunaan kata “unaliving” sebagai pengganti kata “kematian”, penggunaan emoji jagung (corn) sebagai pengganti kata porno (porn).
Namun, popularitas semangka bukan baru muncul karena sensor di media sosial. Semangka sudah ada selama puluhan tahun, sebagai hasil dari sensor atas segala bentuk perwakilan bendera Palestina di wilayah Palestina yang dijajah Israel.
Semangka sudah lama digunakan untuk mewakili sebelum adanya emoji. Semangka, antara lain, banyak digunakan untuk berbagai hidangan khas Gaza seperti fatet ajer, laseema, atau qursa. Ini serupa dengan pohon zaitun, yang digunakan sebagai simbol nasionalisme Palestina.
Asal mula penggunaan warna merah, hijau, dan hitam sebagai pengganti bendera adalah kebijakan militer Israel yang melarang segala bentuk kerumunan warga Palestina. Imaji bendera dan literatur Palestina juga dilarang total.
Warga Palestina kemudian mulai menggunakan warga untuk menghindari larangan tersebut. Sebagai respons, tentara Israel mulai menyasar seniman yang menggunakan warga merah, hijau, dan hitam.
Mitos yang beredar soal pertama kali semangka muncul sebagai pengganti bendera adalah ditutupnya sebuah pameran seni oleh tentara Israel pada 1980. Seperti yang dilaporkan oleh National pada 2021, Issam Badr, salah seorang seniman yang diberedel bertanya kepada perwira Israel, “Bagaimana jika saya cuma ingin melukis semangka?” Sang perwira merespons, karyanya tetap akan disita.
Sliman Mansour, seniman lainnya yang ikut dalam pameran tersebut punya cerita yang sedikit berbeda. Menurutnya, justru perwira Israel yang berkata kepada Badr, “Bahkan jika kamu melukis semangka, akan disita.”
The New York Times, pada 1993, sempat melaporkan ditangkapnya seorang remaja karena berlarian membawa sepotong semangka di Gaza. Namun, artikel tersebut ditarik tak lama setelah dipublikasikan karena tidak bisa diverifikasi.
Semangka mulai digunakan secara luas setelah Intifada Kedua pada awal 2000-an. Pelukis bernama Khaled Hourani terinspirasi dari kisah soal Mansour dan membuat seri sablon “Cerita Semangka” yang kemudian diterbitkan dalam kompilasi seni Palestina pada 2008.
Suburnya semangka yang tumbuh di TikTok, Instagram, dan Facebook dalam beberapa pekan terakhir bukan tanpa alasan. Selain di media sosial, bendera Palestina juga sulit dipamerkan di dunia nyata.
Singapura, misalnya, melarang “simbol terkait perang” dipertunjukkan di ruang publik tanpa izin, termasuk bendera. Anggota kabinet Inggris, Suella Braverman, menyatakan pengibaran bendera Palestina bisa dianggap sebagai tindak kriminal jika digunakan untuk glorifikasi tindak terorisme.
Di Amerika Serikat, salah seorang anggota kongres AS mengusulkan aturan larangan bendera asing di gedung Capitol. Usulan regulasi ini dinilai sebagai respons terhadap aksi Rashida Tlaib, anggota kongres AS lainnya, yang memasang bendera Palestina di pintu kantornya.