Jakarta, CNBC Indonesia – Awal pekan ini letusan gunung berapi yang terjadi hanya 3 kilometer dari timur laut sebuah kota di Islandia menciptakan retakan besar di Bumi.
Alhasil, Bumi memuntahkan lava ke udara yang membuatnya terlihat seperti ‘neraka’.
Letusan tersebut terjadi hampir sebulan setelah kota Grandavik dievakuasi karena aktivitas gunung berapi yang meningkat menghantam wilayah tersebut.
Fenomena itu dibarengi juga dengan gempa yang meninggalkan retakan di permukaan bumi.
Beberapa hari setelah kejadian, Observatorium Bumi NASA menunjukkan pemandangan dari luar angkasa menggunakan pembacaan suhu yang diambil sebelum dan sesudah letusan pada 18 Desember 2023.
Gambar tersebut diambil menggunakan Visible Independent Imaging Radiometer Suite di satelit NOAA-20.
“Apa yang Anda lihat dalam gambar ini adalah suhu aliran lava aktif yang sangat tinggi dibandingkan dengan daratan dan awan di sekitarnya,” kata Simon Carn, ahli vulkanologi di Michigan Technological University, dikutip dari Futurism, Jumat (22/12/2023).
“Area bersuhu lebih rendah yang lebih gelap tampaknya merupakan topografi tempat aliran lava, tapi bisa juga merupakan area di mana celah letusan tidak aktif dan memiliki lava yang lebih dingin,” imbuhnya.
Rekaman dari darat dan udara setelah letusan menggambarkan pemandangan apokaliptik. Dinding lava virtual terbentuk dari material panas yang terus menerus keluar dari celah yang terbentuk hingga mencapai ketinggian 100 meter. Retakan yang ada diperkirakan memiliki panjang sekitar 4 kilometer.
Letusan jenis ini disebut sebagai keberuntungan karena tidak melepaskan banyak abu ke udara. Meskipun lava dapat terus mengalir selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, tapi untungnya lava menjauh dari Grindavik.
“Namun, hal ini bisa berubah jika lava terakumulasi dan mulai mengalir ke arah yang berbeda, jika celah aktif meluas ke selatan, atau jika celah baru terbuka,” ujar Carn memperingatkan.
“Jika lahar terus mengalir ke utara, maka lava tersebut dapat mencapai jalan utama utama dari bandara Keflavík ke Reykjavík, ibu kota negara yang berjarak sekitar 30 mil.” imbuhnya.
Kota kecil ini sekarang masih dikosongkan, sehingga tidak ada orang yang berada dalam bahaya. Hal ini terdengar melegakan, tetapi warga dan pihak berwenang harus menunggu dengan napas tertahan karena lahar terus bergerak lambat.