Professor John J. Mearsheimer menyatakan, “Sifat dasar hubungan antar negara adalah anarki, karena tidak ada hierarki antar negara. Karena tidak ada kepastian dalam anarki, dan karena sulitnya menerka kehendak dari negara lain. Setiap negara besar yang mampu menjadi dominan akan mengambil kesempatan untuk menjadi dominan.”
Neorealisme adalah teori yang mengatakan setiap negara akan berbuat sesuai kepentingannya sendiri. Neorealisme ofensif adalah teori lanjutan yang mengatakan setiap negara besar (great powers) akan secara agresif memperluas kekuatannya hingga mencapai posisi dominan menjaga kepentingannya sendiri.
Menurut saya teori ini sangat penting, karena teori ini menaksir apa saja yang akan dilakukan oleh negara-negara yang memiliki kemampuan ekonomi dan militer yang hebat, namun belum berada di posisi dominan. Menurut teori ini, kemungkinan besar negara tersebut akan berusaha secara agresif untuk menjadi dominan.
Ini karena tidak ada kepastian dalam hubungan antar negara – karena tidak ada lembaga yang lebih tinggi dari negara-negara. Hubungan antar negara adalah anarki, bukan hierarki. Selain itu, kita tidak bisa mengetahui niatan pasti negara lain. Kita tidak bisa berharap negara lain akan sayang dan peduli dengan negara kita. Pimpinan dari negara-negara lain akan bertindak rasional di dunia yang penuh ketidakpastian.
Indonesia menganut politik bebas aktif. Untuk bisa “mendayung di antara dua karang” seperti tulis Bung Hatta terkait hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet, negara kita harus memiliki kemampuan militer yang cukup untuk tidak terbawa arus dan menentukan lajur layar kita sendiri.
Di setiap masa selalu ada persaingan negara besar untuk menjadi dominan. Dengan memahami teori neorealisme ofensif ini, kita dapat merencanakan postur pertahanan kita menghadapi naiknya kekuatan dominan baru di wilayah kita dan dunia.
Source: https://prabowosubianto.com/the-tragedy-of-great-power-politics/