Penyelenggara Konferensi Pengembang Game (GDC) telah merilis hasil survei tahunan mengenai Keadaan Industri Game atau State of the Game Industry. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa 84 persen dari 3.000 lebih responden mengungkapkan kekhawatiran dengan penggunaan kecerdasan buatan (AI) generatif di industri game.
Para pengembang khawatir terhadap potensi AI untuk menggantikan pekerja manusia, memperburuk PHK, serta pelanggaran hak cipta. Mereka juga merasa khawatir bahwa kehadiran AI dapat mengambil data dari permainan mereka tanpa persetujuan.
Sentimen pengembang mengenai AI berbeda-beda tergantung pada jenis pekerjaan yang mereka lakukan. Responden yang berprofesi lebih teknis, seperti pemasaran, pemrograman, dan bisnis, cenderung berpendapat bahwa AI akan berdampak positif pada pekerjaan mereka. Sementara responden yang memiliki pekerjaan kreatif, seperti seni, narasi, dan jaminan kualitas, merasa AI akan berdampak negatif pada pekerjaan mereka.
Selain itu, survei juga mengungkap bahwa lebih dari seperempat pengembang memiliki kebijakan wajib kembali ke kantor setelah pandemi mulai meredah. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan dari para pengembang, terutama yang bekerja di studio AAA.
Para pengembang juga memiliki kekhawatiran terkait krisis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi di industri game. Lebih dari sepertiga responden melaporkan bahwa mereka terkena dampak PHK baik secara pribadi maupun di perusahaan mereka.
Survei ini menunjukkan bahwa industri game masih memiliki sejumlah tantangan yang perlu diatasi, seperti implementasi AI, kebijakan kembali ke kantor, dan krisis PHK. Hal ini menuntut perhatian lebih dari pihak terkait agar industri game dapat terus berkembang dan bersaing di pasar global.