Jakarta, CNBC Indonesia – Riset dari Bank Dunia menyebut pekerja lepas online (online gig workers), termasuk driver ojek online, kesulitan membayar utang dan tak punya tabungan. Mengenai hal ini, Ketua Umum Asosiasi Driver Online (ADO) Taha Syafaril mengatakan bahwa ia sebenarnya belum meneliti sampai hitungan soal utang-utang ojol dan taxi online (taxol). Namun yang ia tahu, pendapatan ojol dan taxi online mengalami penurunan yang sangat drastis.
Sementara pendapatan untuk pihak penyedia aplikasi makin besar karena ada potongan setiap order. Selain itu, ada juga biaya tambahan aplikasi di setiap order. “Bila aplikasi membuat paket harga promo, harga tersebut pasti memangkas biaya mitra ojol dan taxol, tetapi tidak memangkas pendapatan aplikasi,” kata Taha kepada CNBC Indonesia, Senin (11/9/2023).
Lebih lanjut mengenai nasib driver, saat ini hampir 50 persen lebih mitra ojol dan taxol hanya bertahan hidup. Ia mengaku tidak tahu kenapa orderan susah sekali didapatkan. Apakah ada sistem prioritas dalam algoritma yang dipasang oleh penyedia aplikasi. “Atau memang orderan sepi,” imbuhnya singkat.
Untuk itu, para driver ingin perjanjian hubungan kemitraan di sah kan oleh institusi terkait di pemerintah, agar hubungan kemitraan antara penyelenggara transportasi dan penyelenggara teknologinya bisa diatur seadil mungkin.
Penelitian Bank Dunia
Diberitakan sebelumnya, dalam laporan Bank Dunia berjudul Working Without Borders: The Promise and Peril of Online Gig Work, peneliti mengumpulkan data tentang pekerja lepas yang menggunakan platform online di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Bank Dunia memperkirakan 6-7 persen pekerja informal di Indonesia adalah pekerja lepas online. Dari seluruh pekerja yang bergantung ke platform online tersebut, 63 persen di antaranya bekerja di kota besar.
Mayoritas jenis pekerjaan mereka adalah pengiriman barang (44%), pengantaran orang seperti ojol dan taksi online (35%), tugas sehari-hari seperti belanja untuk orang lain (28%), dan logistik (19%).
Penelitian Bank Dunia menunjukkan mayoritas ojol dan pekerja online lain lebih memahami soal investasi dan layanan finansial dibandingkan dengan pekerja informal lainnya. Sebanyak 68 persen dari pekerja onlin telah memiliki rekening bank. Mereka juga mampu menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung.
Namun meski lebih melek finansial, mayoritas ojol dan pekerja online lain masih tergolong rentang karena tidak memiliki perlindungan sosial dan tenaga kerja.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Gagal di RI, Startup Ojol Rp 1,2T Sukses Mau Kejar Apple
(fab/fab)