Amazon Minta Investor Waspada Krisis Iklim
Jakarta, CNBC Indonesia – Amazon memperingatkan para investor bahwa krisis iklim mungkin akan berdampak pada bisnis perusahaan teknologi, termasuk raksasa e-commerce tersebut.
Pada dokumen faktor risiko dalam pengajuan keuangan tahun 2023 yang dirilis Jumat (2/2) lalu, Amazon menambahkan pernyataan yang mengatakan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan penjualan dan hasil operasionalnya mengalami fluktuasi. Alhasil, akan lebih sulit untuk mempertahankan pertumbuhan dan bisa mengakibatkan penurunan pendapatan. Peringatan dari Amazon ini membuktikan ancaman iklim menciptakan petaka yang beruntun dan dampaknya sampai ke korporasi besar.
Amazon pertama kali memasukkan perubahan iklim sebagai salah satu faktor risikonya dalam laporan tahunan pada tahun 2021. Pada laporan tahun ini, Amazon menambahkan pengungkapan tentang dampak yang lebih luas.
Perusahaan mengatakan perubahan iklim dapat menyebabkan peningkatan biaya operasional. Sebab, frekuensi cuaca ekstrem yang makin sering, seperti kenaikan suhu dan kelangkaan air, akan meningkatkan kebutuhan investasi terkait dengan transisi ke ekonomi rendah karbon.
Selain itu, cuaca ekstrem juga menyebabkan penurunan permintaan produk dan layanan sebagai akibat dari perubahan perilaku pelanggan. Biaya tak terduga akan muncul karena peraturan yang lebih luas soal isu ‘kiamat’ Bumi ini. Belum lagi rusaknya reputasi perusahaan akibat persepsi korporasi besar menyebabkan dampak negatif ke lingkungan.
Pada September lalu, PBB memperingatkan peluang untuk mengurangi emisi yang disebabkan oleh bahan bakar fosil makin kecil. PBB juga mengimbau agar pemanasan global tetap di bawah 2 derajat Celcius, batas yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris 2015 lalu.
Pada bulan Januari, badan cuaca PBB mengonfirmasi bahwa 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat sepanjang sejarah.
Selain krisis kemanusiaan, para ekonom telah memberi isyarat bahwa cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim telah menyebabkan gangguan rantai pasokan dan kekurangan tenaga kerja.
Amazon memiliki fasilitas operasi besar yang mencakup lebih dari 100 negara dan wilayah, dan mempekerjakan 1,52 juta orang di seluruh dunia per 30 Desember.
Perusahaan ini telah menetapkan tujuan iklim yang ambisius, termasuk komitmen untuk menjadi perusahaan bebas karbon pada tahun 2040.
Perusahaan juga berencana mengoperasikan bisnisnya dengan sumber energi terbarukan pada tahun 2025. Mereka juga telah mengumpulkan portofolio lebih dari 500 proyek pembangkit listrik tenaga angin dan surya secara global.
Perusahaan berencana untuk mengurangi ketergantungan pada armada logistik bertenaga gas dengan menyediakan 100.000 kendaraan listrik Rivian mulai tahun 2030, demikian dikutip dari CNBC Internasional, Senin (5/2/2024).
Juli lalu, Amazon menurunkan emisi karbon untuk pertama kalinya sejak mereka mulai mengungkapkan angka tersebut empat tahun lalu.
Perusahaan ini menghadapi tekanan dari karyawan korporatnya untuk mengatasi dampak lingkungan, termasuk bagaimana gudang dan jaringan logistiknya berkontribusi terhadap polusi udara di negara-negara tempatnya beroperasi.