Jakarta, CNBC Indonesia – Charli D’Amelio menjadi salah satu konten kreator dengan jumlah pengikut terbanyak di TikTok. Bersama saudara perempuannya, Dixie, mereka berhasil menghasilkan uang dalam jumlah besar melalui platform video pendek tersebut.
Namun, sang “ratu” TikTok tidak dapat memastikan sampai kapan dia dapat terus membagikan video viral kepada 152 juta pengikutnya. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan pemblokiran TikTok di AS karena adanya kebijakan yang mendukung hal tersebut.
Dalam situasi politik antara AS dan China yang melibatkan TikTok, Charli D’Amelio berusaha untuk mempertahankan keberadaannya dengan bermitra dengan Shopify untuk membawa merek sepatu online keluarganya ke toko fisik.
“Anda harus ingat bahwa media sosial bisa datang dan pergi,” kata D’Amelio dalam wawancara di D’Amelio Footwear Pop-Up Shopify. “Ada aplikasi baru, orang baru, serta tren-tren baru yang menarik. Anda tidak selalu menjadi yang pertama dalam segalanya,” tambahnya.
Charli D’Amelio dan keluarganya juga menyuarakan kekhawatiran terkait isu politik dan keamanan nasional terkait TikTok. Mereka berfokus pada cara lain untuk mempromosikan merek mereka sendiri.
Komite Pemilihan DPR di Partai Komunis Tiongkok baru-baru ini mengusulkan sebuah undang-undang yang memaksa ByteDance untuk melepaskan kepemilikan TikTok atau menghadapi larangan di AS. Pada Kamis (14/3), Badan legislatif Amerika Serikat menyetujui aturan tersebut, yang akan mengakibatkan pemblokiran TikTok di AS jika masih dimiliki oleh perusahaan China.
Menurut laporan Reuters, undang-undang tersebut mewajibkan ByteDance, perusahaan China yang memiliki TikTok, untuk melepaskan saham mereka dalam waktu 6 bulan ke depan. Meskipun disahkan dengan dukungan dari kedua partai terbesar di AS, Demokrat dan Republik, regulasi tersebut masih harus melewati persetujuan Senat AS, yang telah muncul pendapat yang berbeda terkait ancaman TikTok terhadap keamanan nasional AS.