Jelajahi Kisah Terbaru Prabowo Subianto yang humanis Setiap Waktu
Berita  

Perang Chip AS-China, Indonesia Kebagian Durian Runtuh

Jakarta, CNBC Indonesia – Malaysia mendapat keuntungan besar akibat ketegangan antara Amerika dan China. Negara tetangga Indonesia tersebut memiliki peluang untuk menjadi pusat pabrik semikonduktor ketika perusahaan chip melakukan diversifikasi operasi.

“Malaysia memiliki infrastruktur yang baik dengan pengalaman sekitar lima dekade di proses manufaktur semikonduktor, khususnya dalam perakitan, pengujian, dan pengemasan,” kata kepala proyek hubungan internasional digital di LSE IDEAS Kenddrick Chan, seperti dilansir dari CNBC Internasional, Jumat (5/4/2024).

Semikonduktor, yang merupakan salah satu komponen penting, telah menjadi pusat persaingan teknologi antara Amerika Serikat dan China.

Raksasa chip Amerika, Intel pada Desember 2021, mengumumkan rencana investasi lebih dari US$7 miliar untuk membangun pabrik pengemasan dan pengujian chip di Malaysia, dengan produksi diperkirakan dimulai tahun ini.

“Keputusan kami untuk berinvestasi di Malaysia didasari oleh sumber daya manusia yang beragam, infrastruktur yang baik, dan rantai pasokan yang kuat,” kata direktur pelaksana Intel Malaysia, Aik Kean Chon.

Fasilitas produksi pertama Intel di luar negeri adalah lokasi perakitan di Penang yang diluncurkan pada tahun 1972 dengan investasi US$1,6 juta. Perusahaan kemudian menambah fasilitas pengujian penuh serta pusat pengembangan dan desain di Malaysia.

Menurut data dari Otoritas Pengembangan Investasi Malaysia, Malaysia menguasai 13% pasar global untuk layanan pengemasan, perakitan, dan pengujian chip. Ekspor perangkat semikonduktor dan sirkuit terpadu meningkat 0,03% menjadi 387,45 miliar ringgit Malaysia pada 2023, di tengah melemahnya permintaan chip global.

Presiden Asosiasi Industri Semikonduktor Malaysia, Datuk Seri Wong Siew Hai, menyatakan bahwa banyak perusahaan China mendiversifikasi sebagian produksi mereka ke Malaysia, dan menyebut negara tersebut sebagai “plus satu” dari Tiongkok.

Zafrul Aziz, menteri investasi, perdagangan, dan industri Malaysia, mengatakan kepada CNBC pada Januari bahwa Malaysia bertujuan untuk fokus pada front end dari proses pembuatan chip, bukan hanya di bagian belakang (back end) saja.

Proses front end melibatkan fabrikasi wafer dan fotolitografi, sedangkan proses back end berfokus pada pengemasan dan perakitan.

Dalam upaya untuk mengembangkan ekosistem semikonduktor dan menarik investasi, Malaysia pada Januari membentuk satuan tugas strategis semikonduktor nasional.