Jakarta, CNBC Indonesia – Google telah menciptakan sistem berbasis kecerdasan buatan generatif (AI-generative) yang diklaim dapat memprediksi cuaca jauh lebih cepat dan ekonomis.
Bahkan, sistem Google dikatakan mampu mendeteksi bencana ekstrem yang sulit diketahui dari prediksi cuaca, dikutip dari GreekReporter, Selasa (23/4/2024).
Google mengatakan alat pendeteksi itu berbasis tool yang dinamai ‘Scalable Ensemble Envelope Diffusion Sampler (SEEDS) yang metodenya mirip dengan model bahasa besar (LLMs) pada tool AI-generatif di pasaran saat ini.
SEEDS akan mengumpulkan berbagai skenario cuaca lebih cepat dibanding model tradisional. Tim peneliti Google mempublikasikan temuannya pada jurnal ilmiah Science Advances pada akhir Maret lalu.
Saat ini, prediksi cuaca cukup menantang dilakukan secara akurat, sebab banyak variabel yang harus dicermati untuk mendeteksi bencana besar, mulai dari badai hingga gelombang panas.
Dengan situasi perubahan iklim yang semakin parah, cuaca ekstrem menjadi lebih sering. Kemampuan untuk memprediksi secara akurat ‘petaka’ yang akan datang akan menyelamatkan banyak manusia.
Sebab, manusia bisa memiliki waktu lebih banyak untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana.
Saat ini, prediksi cuaca yang dilakukan dengan metode tradisional bisa diandalkan untuk meramalkan cuaca pada skenario normal. Misalnya mendeteksi musim kemarau yang lebih hangat. Namun, untuk meramalkan kondisi yang lebih unik, diperlukan alat yang lebih canggih seperti sistem Google.
SEEDS menciptakan model prediksi berdasarkan pengukuran fisik dari firma pendeteksi cuaca. Analisis ini mempelajari hubungan antara unit energi potensial per massa medan gravitasi bumi di pertengahan troposfer dan tekanan permukaan laut.
Dua ukuran umum ini sering digunakan dalam peramalan cuaca. Namun, metode tradisional hanya memberikan sekitar 10 prediksi, sementara menggunakan AI, SEEDS dapat menciptakan hingga 31 prediksi.