Jelajahi Kisah Terbaru Prabowo Subianto yang humanis Setiap Waktu
Berita  

Pakar Mengungkap Fakta Menakutkan TikTok yang Dibuktikan oleh Joe Biden

Pakar Mengungkap Fakta Menakutkan TikTok yang Dibuktikan oleh Joe Biden

Jakarta, CNBC Indonesia – TikTok semakin banyak digunakan oleh kandidat Presiden Amerika Serikat (AS) untuk menjangkau pemilih muda. Setelah Joe Biden, Donald Trump juga membuat akun di TikTok.

Keputusan ini diambil ketika TikTok menghadapi tekanan regulasi baru di AS. Induk perusahaan ByteDance asal China diwajibkan untuk menjual TikTok, atau media sosial tersebut akan diblokir secara nasional.

Hal ini menimbulkan kontroversi karena TikTok, yang digunakan oleh 170 juta penduduk AS, juga memberikan kontribusi pada ekonomi kreatif melalui influencer dan pengusaha UMKM di platform tersebut.

Tekanan pemerintah AS terhadap TikTok didasarkan pada kekhawatiran bahwa platform tersebut dapat membahayakan keamanan nasional karena induk perusahaan berasal dari China.

Selain itu, TikTok juga disorot karena dampaknya terhadap kesehatan mental generasi muda, serta konten-konten disinformasi di dalamnya.

Menurut laporan BBC, TikTok menjadi sarang konten deepfake AI yang menyasar pemilih muda. Konten deepfake tersebut seringkali mencemoohkan pejabat dan politikus, serta menyebarkan informasi yang salah.

Namun, kurangnya literasi menyebabkan banyak konten disinformasi di TikTok yang diposting oleh siswa, aktivis politik, komedian, dan akun bot, menurut investigasi BBC.

Salah satu disinformasi yang menjadi viral adalah rumor tentang PM Inggris Rishi Sunak yang meminta pemilu lebih awal. Selain itu, klaim tanpa dasar bahwa Pemimpin Oposisi Sir Keir Starmer bertanggung jawab atas kegagalan dalam mengadili pedofil berantai Jimmy Savile juga heboh di TikTok.

TikTok populer sebagai platform pencarian berita dan informasi terkini sejak pemilu sebelumnya. Menurut Ofcom, TikTok menjadi sumber berita dengan pertumbuhan paling signifikan di Inggris selama dua tahun berturut-turut hingga 2023.

Satu dari sepuluh remaja mengaku menggunakan TikTok sebagai sumber berita utama mereka. Seorang remaja berusia 16 tahun yang dihubungi BBC adalah pembuat konten satir yang menampilkan Rishi Sunak di TikTok dengan anjuran kepada generasi muda untuk berkontribusi di zona perang.

Meskipun menyadari bahwa kontennya bisa menimbulkan kontroversi dan menyesatkan orang, remaja tersebut berharap agar orang lain merespons kontennya sebagai candaan dan tidak terlalu serius.

BBC melaporkan bahwa rata-rata pembuat konten disinformasi dengan nada becanda dan satir di TikTok adalah remaja belasan atau awal 20-an tahun. Tujuannya adalah untuk mengekspresikan pendapat dan berinteraksi dengan pemilih muda.