China telah mengalokasikan dana sebesar US$ 6,12 miliar (Rp 24,58 triliun) untuk membangun pusat data meskipun dilarang menggunakan komponen buatan perusahaan Amerika Serikat.
Kepala Biro Data Nasional China, Liu Liehong, mengungkapkan anggaran tersebut dalam sebuah konferensi pusat data di negara itu, dilansir dari Reuters (Kamis, 29/8/2024).
Pemerintah China menamai proyek pembangunan pusat data besar-besaran tersebut sebagai “Eastern Data, Western Computing” sebagai bagian dari ambisi Presiden Xi Jinping untuk membangun “China digital”.
Ambisi China ini bertentangan dengan kebijakan larangan ekspor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap produk-produk teknologi tertentu. Pemerintahan Presiden Joe Biden melarang perusahaan AS untuk menjual produk teknologi paling canggih mereka ke China, termasuk GPU tercanggih buatan NVIDIA yang diperlukan untuk kecerdasan buatan (AI).
Di tengah larangan impor ini, China meningkatkan kapasitas industri komputer dalam negeri mereka.
Proyek ini meliputi rencana pembangunan 8 pusat data, terutama di wilayah China bagian barat. Wilayah China bagian barat dipilih karena memiliki sumber energi yang melimpah.
Selain dana pemerintah, Beijing juga mendorong pembangunan pusat data dengan investasi swasta.
Secara total, pembangunan 8 pusat data tersebut telah menarik investasi sebesar 200 miliar yuan (Rp 433,36 triliun). Kapasitas total terpasang mencapai 1,95 juta rak server dan 63% di antaranya sudah digunakan.