Jakarta, CNBC Indonesia – Selama Januari hingga Agustus 2024, penduduk Australia melaporkan kerugian dari kasus penipuan di media sosial sebesar US$ 43,4 juta atau Rp 663 miliar.
Mayoritas dari total tersebut, hampir US$ 30 juta atau Rp 485 miliar, terkait dengan penipuan modus investasi palsu, menurut laporan yang terkumpul di Scamwatch.
Pemerintah setempat telah lama mendesak Meta (Facebook dan Instagram) untuk mengatasi wabah penipuan di platform mereka.
Angka penipuan meningkat ketika teknologi kecerdasan buatan (AI) memungkinkan maraknya deepfake untuk menipu korban.
Ada banyak gambar palsu hasil deepfake yang menampilkan tokoh masyarakat seperti David Koch, Gina Rinehart, Anthony Albanese, Larry Emdur, Guy Sebastian, dan lainnya yang digunakan untuk mempromosikan penipuan investasi palsu.
Andrew Forrest, seorang raja tambang, menggugat perusahaan tersebut atas dugaan kegagalan dalam mengatasi penipuan yang menggunakan gambarnya.
Sebagai respons, Meta baru-baru ini meluncurkan layanan terpadu baru bagi bank agar dapat berbagi informasi tentang penipuan di media sosial.
Meta telah bermitra dengan Australian Financial Crimes Exchange (AFCX) untuk meluncurkan Fraud Intelligence Reciprocal Exchange (Fire) yang menyediakan saluran pelaporan khusus untuk penipuan antara Meta dan penyedia keuangan para korban penipuan.
Hal ini memungkinkan bank melaporkan penipuan yang diketahui langsung ke Meta, dan juga memungkinkan Meta memberi tahu semua bank terlibat tentang penipuan yang ditemukan di platformnya.
Meta telah memblokir 8.000 halaman dan 9.000 penipuan selebriti di dalamnya, dikutip dari TheGuardian, Rabu (2/10/2024).
Tujuh bank – ANZ, Bendigo Bank, CBA, HSBC, Macquarie, NAB, Westpac – terlibat dalam program ini. Hal ini terpisah dari layanan berbagi informasi Intel Loop AFCX yang melibatkan bank-bank tersebut, bersama dengan Optus, Pivotel, Telstra dan TPG, serta National Anti Scams Centre.
Sejak peluncuran uji coba pada bulan April, terdapat 102 laporan yang mengakibatkan Meta menghapus lebih dari 9.000 halaman penipuan dan 8.000 penipuan investasi selebriti yang dihasilkan oleh AI di Facebook dan Instagram.
Meskipun hasil awal menjanjikan, jumlah laporan tersebut masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kerugian yang dilaporkan pada Scamwatch, dengan 1.600 laporan kerugian akibat penipuan di media sosial pada bulan Agustus.
Meta mengatakan secara global pada kuartal terakhir, pihaknya berhasil menghapus 1,2 miliar akun palsu, 99,7% di antaranya dihapus sebelum dilaporkan oleh pengguna.
Rhonda Lau, kepala keterlibatan pemangku kepentingan di AFCX, mengatakan bahwa tujuan program ini adalah membuat Australia menjadi target yang kurang menarik bagi para penipu.
David Agranovich, direktur gangguan ancaman global di Meta, menyatakan bahwa sistem ini memungkinkan Meta untuk melihat lebih banyak aktivitas penipuan yang terjadi di platformnya sendiri agar dapat mengetahui apa yang terjadi di Facebook dan Instagram.
Meta memberikan daftar domain yang telah diblokir kepada mitra lainnya, dan akan memberikan platform Fire akses ke sistem pertukaran ancaman yang digunakan Meta untuk mendeteksi sinyal terkait dengan operasi pengaruh terselubung, pelecehan anak, dan aktivitas kriminal lainnya di platformnya.
Agranovich mengakui bahwa masyarakat Australia mungkin merasa frustasi dengan kesulitan melaporkan penipuan ke Meta, namun perusahaan berkomitmen untuk memperbaiki hal tersebut.
Commonwealth Bank dan ANZ menyambut baik kolaborasi ini dalam komentar yang diberikan oleh Meta.
Bulan lalu, asisten bendahara Australia, Stephen Jones, merilis rancangan undang-undang untuk kerangka pencegahan penipuan yang akan menghasilkan pasal yang diterapkan pada bank, perusahaan telekomunikasi, dan media sosial untuk mengambil tindakan terhadap penipuan, serta memiliki proses penyelesaian sengketa yang tepat bagi para korban penipuan.
Konsultasi mengenai rancangan undang-undang tersebut berakhir pada 4 Oktober.