Pig butchering, sebuah modus penipuan online yang mencuri miliaran dolar AS, telah menyebar di seluruh dunia terutama sejak pandemi Covid-19. Penipuan ini dimulai dengan pendekatan sosok yang berpura-pura berteman atau menjalin hubungan romantis dengan korban melalui media sosial. Kemudian, korban dibujuk untuk berinvestasi dalam platform palsu yang menjanjikan imbal hasil besar.
Menurut studi dari profesor keuangan John Griffin, lebih dari US$75 miliar telah dipindahkan oleh jaringan kriminal selama 4 tahun melalui mata uang kripto, terutama menggunakan Tether. Selain itu, penipuan pig butchering dikaitkan dengan jaringan perdagangan manusia di Asia Tenggara.
Di balik modus penipuan ini, terdapat sosok kunci bernama Wan Kuok-koi alias ‘Broken Tooth’. Pria ini adalah mantan mafia asal Makau yang dikenal dengan operasi penipuan dan scam. Meskipun pernah dipenjara selama 14 tahun dan dianggap masih terlibat dalam aktivitas kriminal, Wan belum ditangkap oleh penegak hukum. Keberadaannya sering berpindah-pindah antara Makau, Hong Kong, dan Kuala Lumpur.
Pada 2018, Wan mendirikan asosiasi Hongmen di Kamboja yang diduga melakukan operasi kejahatan siber. Para investigator menggambarkan Kongmen sebagai pusat perdagangan manusia dan penipuan online. Ribuan orang telah menjadi korban, terutama dengan janji palsu untuk mendapatkan pekerjaan legal di Kamboja. Namun, kenyataannya mereka dimasukkan ke pusat penipuan untuk melakukan aksi kriminal di bawah pengawasan ketat.
Meskipun otoritas AS telah melakukan investigasi dan sanksi di beberapa negara seperti Malaysia, Thailand, dan Kamboja, upaya penegakan hukum masih menjadi tantangan akibat batasan yuridiksi. Sementara Wan membantah keterlibatan dalam aktivitas kriminal dan menyatakan bahwa asosiasi Hongmen beroperasi sesuai aturan yang berlaku. Dengan upaya-upaya ini, penipuan pig butchering dan kegiatan kriminal lainnya terus menjadi ancaman serius dalam dunia online.