PortalBeritaTribun.net adalah situs berita yang berfokus pada penyajian informasi terkini dan terpercaya
Berita  

“Dampak Starlink Terhadap Operator Seluler”

Layanan internet satelit Starlink yang diluncurkan oleh SpaceX pada tahun 2019 telah merambah lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Di suatu negara seperti Kenya, Starlink telah mengganggu pasar penyedia layanan internet yang sudah mapan sejak diluncurkan pada bulan Juli 2023. Dengan menawarkan kecepatan konektivitas tinggi, jangkauan luas di daerah terpencil, dan harga yang lebih terjangkau, Starlink berhasil menarik lebih dari 8.000 langganan di Kenya, menjadikannya salah satu penyedia layanan terpopuler.

Penyedia layanan lokal seperti Safaricom dan Jamii terpaksa bersaing dengan menurunkan harga dan meningkatkan kecepatan internet mereka untuk tetap bersaing dengan Starlink. Di daerah pedesaan, layanan Safaricom dianggap mahal, sehingga banyak rumah tangga memilih beralih ke Starlink. Hal ini terbukti dengan cerita Abel Boreto, seorang investor di Nairobi, yang beralih ke Starlink karena harganya yang lebih terjangkau dan kualitas layanannya yang lebih baik.

Popularitas Starlink di Kenya bahkan sampai menyebabkan perusahaan tersebut harus menghentikan sementara penerimaan langganan baru di kota-kota besar karena kapasitas jaringan yang terbatas. Namun, Starlink berencana untuk memperluas infrastruktur mereka di Nairobi dan Johannesburg untuk bisa menjangkau lebih banyak pengguna.

Meskipun Starlink meraih kesuksesan di pasar global, ada kekhawatiran terhadap monopoli yang mungkin tercipta akibat dominasi perusahaan tersebut. Hal ini tidak hanya membuat pelanggan rentan terhadap kenaikan harga dan penurunan kualitas layanan, tetapi juga memberikan kekuatan besar pada satu perusahaan untuk mengontrol akses internet di suatu negara. Perusahaan telekomunikasi lokal di Kenya juga mengkhawatirkan Starlink akan merampas pangsa pasar yang selama ini diisi oleh perusahaan lokal, yang berpotensi mengancam banyak lapangan pekerjaan di benua Afrika.