Amerika Serikat (AS) dan China saat ini menjadi negara terdepan dalam pengembangan teknologi di dunia. Banyak perusahaan dari kedua negara yang telah menguasai dunia dengan produknya masing-masing, termasuk dalam bidang pengembangan AI. Contohnya adalah ChatGPT dari AS yang populer dan menjadi pemicu perkembangan AI secara global, serta model AI terbaru dari China, DeepSeek, yang mengguncang dunia karena pengembangannya yang relatif lebih murah.
Muhammad Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business Telkom, mencatat bahwa Indonesia memiliki banyak pelajaran yang bisa dipetik dari negara lain seperti China dan AS terkait bisnis AI. Sebagai contoh, AI memiliki value chain yang kompleks, mulai dari aplikasi hingga infrastruktur, seperti AI data center yang dimiliki oleh Telkom. Pemerintah Indonesia bahkan tengah merencanakan untuk mengembangkan industri semiconductor untuk mendukung ekosistem AI di tanah air.
Dalam perspektif bisnis, AI memiliki dampak yang luas, tidak hanya untuk perusahaan teknologi. Setiap perusahaan, tanpa terkecuali, perlu mempertimbangkan penerapan teknologi AI untuk memperoleh efisiensi operasional dan meningkatkan pendapatan. Sebagai contoh, layanan chatbot yang disematkan dalam aplikasi perusahaan bisa disesuaikan secara personalized untuk meningkatkan keterlibatan pengguna dan pendapatan perusahaan.
Tidak hanya memberikan pendapatan baru, AI juga bisa meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan cara menurunkan biaya operasional dan meningkatkan layanan kepada pelanggan. Namun, perlu ada perhatian khusus terhadap sumber daya manusia dan perlindungan data pribadi, serta edukasi masyarakat akan pentingnya keamanan dalam dunia teknologi. Semua pihak, baik perusahaan maupun masyarakat, perlu memahami bahwa teknologi AI menyentuh semua aspek bisnis, dan dapat meningkatkan kinerja serta kehadiran online perusahaan secara global.