Uber, raksasa transportasi online yang sempat beroperasi di Indonesia, resmi meninggalkan Tanah Air pada tahun 2018 dengan menjual bisnisnya di Asia Tenggara kepada Grab. Setelah itu, perusahaan lebih fokus pada pengembangan bisnisnya di berbagai negara lain, termasuk India. Menghadapi persaingan yang semakin ketat, Uber mengubah model bisnisnya mulai dari menggarap taksi otomatis (robotaxi) hingga menghentikan potongan komisi untuk driver online di India.
Perubahan model bisnis ini khususnya berlaku untuk moda transportasi roda tiga atau yang biasa dikenal dengan sebutan bajaj di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap persaingan yang semakin meningkat dengan pemain lokal seperti Rapido dan Namma Yatri. Uber memutuskan untuk tidak lagi menarik biaya komisi dari driver online, namun menggantinya dengan setoran harian yang harus dibayarkan oleh para driver tersebut untuk menggunakan platformnya dan terhubung dengan penumpang.
Diharapkan, perubahan ini dapat meningkatkan daya saing Uber sehingga perusahaan dapat mendapatkan lebih banyak pendapatan di pasar India. Uber pertama kali memperkenalkan moda transportasi bajaj di India pada tahun 2015 sebelum kemudian dihentikan sementara, namun diluncurkan kembali pada tahun 2018. Tidak hanya di India, sebelumnya Uber juga sudah menghentikan penarikan komisi untuk bajaj di Bangladesh dan beberapa negara Asia lainnya.
Uber menawarkan model setoran berlangganan untuk sepeda dan bajaj otomatis di beberapa negara, termasuk Bangladesh. Pengumuman tentang perubahan kebijakan ini disampaikan kepada para driver melalui email. Layanan bajaj di India diketahui berkontribusi sebesar 25% dari total perjalanan Uber di negara tersebut. Biasanya, Uber menarik komisi sebesar 25-40% untuk tiap perjalanan, sementara pesaingnya seperti Rapido dan Namma Yatri menggunakan skema langganan tanpa komisi. Setoran harian yang harus dibayarkan oleh driver untuk layanan bajaj di India berkisar antara 20-40 rupee, tergantung dari kota tempat tinggal driver.