Gerakan boikot terhadap Tesla semakin merajalela dan menyebar luas ke berbagai negara bagian di Amerika Serikat. Showroom Tesla menjadi target ratusan demonstran yang mengecam aksi pemotongan besar-besaran di pemerintahan federal oleh Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) di bawah kepemimpinan Musk. Jaksa Agung Pam Bondi bersumpah untuk menghadapi vandalisme terhadap Tesla, sementara Presiden AS Donald Trump menyebut aksi tersebut sebagai terorisme domestik dan ilegal.
Kritik juga ditujukan kepada Musk atas pose kontroversialnya pada pelantikan Trump, yang disamakan dengan ‘salute’ ala Nazi. Dukungan Musk terhadap partai sayap kanan Jerman dan tuduhan tanpa dasar terhadap politisi Inggris semakin membuat masyarakat benci terhadap orang terkaya di dunia. Gerakan demonstrasi “Tesla Takedown” yang dimulai pada 15 Februari lalu diprakarsai oleh aktor dan pembuat film Hollywood Alex Winter serta asisten profesor Jurnalisme dan Studi Media Baru, Joan Donovan dari Universitas Boston.
Di tengah pemotongan ribuan PNS pemerintah AS oleh DOGE, puluhan demonstrasi dijadwalkan di berbagai kota hingga akhir April, menurut situs web Tesla Takedown. Aksi protes ini mendorong orang untuk menjual mobil Tesla, membuang saham, dan bergabung dalam gerakan tersebut. Opini negatif terhadap Musk mulai mempengaruhi reputasi Tesla, memperlemah pangsa pasarnya di tengah hadirnya pesaing baru di pasar mobil listrik.
Selain Tesla, layanan internet berbasis satelit Starlink juga menjadi sasaran boikot karena sikap politik Musk yang dianggap kontroversial. Banyak pengguna Starlink frustasi terhadap aksi politik Musk dan memilih untuk berhenti berlangganan. Eutelsat dari Prancis dan Viasat dari Inggris menjadi alternatif yang muncul di Eropa sebagai pengganti Starlink. CEO Eutelsat bahkan berencana menggantikan Starlink di Ukraina dalam beberapa bulan ke depan.