Dunia saat ini dihadapkan pada ancaman krisis iklim yang semakin nyata. Suhu Bumi pada Januari 2025, seperti yang dicatat oleh Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S), sudah 1,75 derajat Celcius lebih tinggi dari era pra-industri. Prediksi dari Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) memperkirakan bahwa Bumi akan melewati ambang batas pemanasan global 1,5 derajat Celsius dalam satu dekade mendatang. Jika hal ini terjadi, dampaknya akan bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki.
IPCC menekankan bahwa saat ini merupakan dekade paling penting dalam sejarah manusia dan menyerukan masyarakat global untuk segera mengurangi emisi secara drastis. Para ilmuwan juga memperingatkan bahwa pemanasan global sudah mulai terlihat melalui cuaca ekstrem, dan perubahan iklim yang terjadi saat ini akan berdampak pada generasi mendatang.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengajak negara-negara maju untuk mempercepat target netral karbon dari 2050 menjadi 2040 guna mengatasi masalah pemanasan global. Perkiraan IPCC juga menunjukkan bahwa jika suhu Bumi tidak dapat ditekan di bawah 1,8 derajat Celcius, setengah populasi dunia akan mengalami kondisi panas dan kelembaban ekstrem pada tahun 2100.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mencatat bahwa bulan Januari 2025 adalah bulan ke-18 dalam 19 bulan terakhir di mana suhu global konsisten 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Meskipun demikian, kenaikan suhu yang kecil juga memiliki dampak besar, dengan sepuluh tahun terakhir menjadi dekade terhangat sepanjang sejarah.
Perubahan suhu yang tidak merata di seluruh dunia juga menjadi perhatian, dengan beberapa wilayah mengalami suhu di atas rata-rata dan luas es laut Arktik yang terendah sepanjang sejarah. Semua ini menunjukkan bahwa tindakan segera perlu dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin nyata.