Pasar layanan internet berbasis satelit semakin ramai dengan munculnya pesaing bagi Starlink. Pemerintah China mendukung layanan serupa Starlink yang disebut ‘SpaceSail’ yang sedang mengalami perkembangan besar-besaran. SpaceSail telah meluncurkan layanannya di Kazakhstan dan menandatangani perjanjian untuk memasuki pasar di Brasil, serta tengah menjajaki kemungkinan ekspansi ke lebih dari 30 negara lain. Rencana ambisius SpaceSail adalah mengerahkan 15.000 satelit orbit rendah Bumi (LEO) pada tahun 2030 untuk meningkatkan kualitas layanan dan jangkauannya.
Di Eropa, perusahaan asal Prancis, Eutelsat, tengah bersiap untuk menyaingi Starlink. Saat SpaceX dan Starlink akan mundur dari Ukraina, Eutelsat meroket hampir 390% setelah mengumumkan kerja sama dengan OneWeb, perusahaan satelit asal Inggris, yang menjadikan mereka sebagai operator satelit terbesar ketiga di dunia dari segi pendapatan. Di Amerika Serikat, yang merupakan basis SpaceX, muncul pesaing baru bagi Starlink dalam bentuk AST SpaceMobile. Brendan Carr, Kepala Komisi Komunikasi Federal AS, yang sebelumnya mendukung Starlink, kini mempromosikan AST SpaceMobile yang juga mengembangkan satelit untuk konektivitas seluler.
AST SpaceMobile sudah mengantongi lisensi dari FCC untuk mengoperasikan 5 satelit pertamanya dan dalam tahap pengujian untuk meluncurkan 243 satelit tambahan. Perjalanan AST SpaceMobile menuju peluncuran satelit yang sukses masih dalam proses, dengan harapan dapat menyaingi konektivitas seluler Starlink yang sedang dalam tahap beta. Meski Carr memperlihatkan dukungannya terhadap Starlink, namun ia juga menyatakan dukungannya untuk satelit generasi selanjutnya secara umum dan mendorong penyederhanaan regulasi untuk pesaing internet satelit seperti Amazon’s Project Kuiper. Dengan persaingan yang semakin sengit di pasar internet satelit, AST SpaceMobile dan perusahaan lainnya berusaha untuk bersaing dengan Starlink dan memperluas jangkauan layanan mereka secara global.