China dan Amerika Serikat menunjukkan sikap yang lebih bersahabat di bidang ilmu pengetahuan luar angkasa meskipun tengah terlibat dalam ketegangan perang dagang yang belum mereda. Baru-baru ini, China mengumumkan bahwa ilmuwan dari enam negara, termasuk AS, akan diizinkan untuk mempelajari batuan Bulan yang dibawa pulang oleh misi Chang’e-5 pada tahun 2020. Kepala CNSA mengatakan bahwa sampel tersebut merupakan harta karun bersama bagi seluruh umat manusia.
Namun demikian, peneliti China masih belum dapat mengakses sampel Bulan milik NASA karena aturan ketat Kongres AS yang melarang kerja sama antara NASA dan China tanpa izin khusus. Meskipun demikian, kerja sama ilmiah ini tidak memiliki kaitan politik dan merupakan norma dalam kerja sama internasional di bidang ilmu pengetahuan, menurut mantan direktur Space Policy Institute di George Washington University.
Sementara itu, perang dagang antara kedua negara terus berlangsung dengan AS dan China saling menaikkan tarif impor. Namun, China membantah adanya pembicaraan damai meskipun Presiden Donald Trump sempat memberikan isyarat de-eskalasi. Pada tahun 2023, CNSA akan membuka kesempatan bagi berbagai lembaga untuk mengajukan permohonan guna mempelajari sampel Chang’e-5 yang memiliki keistimewaan usia yang lebih muda dibandingkan misi Apollo.
Meskipun upaya pertukaran sampel antara pejabat antariksa AS dan China sempat terjadi sebelumnya namun tidak membuahkan hasil, sejumlah lembaga dari beberapa negara telah memenangkan akses untuk mempelajari sampel tersebut. China berkomitmen untuk terus menjaga sikap yang aktif dan terbuka dalam kerja sama luar angkasa internasional, termasuk lewat Inisiatif Sabuk dan Jalan. Optimisme terus dipertahankan bahwa lingkaran pertemanan China di luar angkasa akan terus berkembang.