Ekspor produk smartphone dari China ke Amerika Serikat mengalami penurunan signifikan sebesar 72% menjadi di bawah US$700 juta selama bulan lalu. Hal ini jauh melebihi penurunan total ekspor barang China ke AS yang hanya sebesar 24%, menurut data bea cukai yang dirilis baru-baru ini. Penurunan ini disebabkan oleh pemberlakuan tarif impor tinggi oleh pemerintahan Donald Trump, yang saat ini ditangguhkan hingga 90 hari berdasarkan kesepakatan antara AS-China di Jenewa, Swiss.
Dampak dari tarif tinggi yang diberlakukan oleh AS terhadap China terbukti mengganggu rantai pasokan teknologi global. Hal ini membuat China, yang merupakan basis manufaktur produk elektronik utama pada tingkat global, mengalami perlambatan dalam ekspor perangkat mobile ke AS. Apple, salah satu perusahaan teknologi terbesar di AS, mengalami penurunan ekspor perangkatnya dari China ke AS sejak April 2011, mencapai level terendah.
Sementara itu, perang dagang antara AS dan China mempengaruhi kestabilan pasar global, dengan investor khawatir akan dampaknya yang besar. Meskipun perang tarif telah ditangguhkan, namun ketegangan antara kedua negara masih tinggi. Apple mulai memindahkan fasilitas produksinya ke negara lain seperti India, yang menjadi produsen terbesar kedua iPhone di luar China. Namun, rencana Trump untuk membawa produksi iPhone kembali ke AS dianggap sulit dilakukan karena dibutuhkan investasi besar-besaran untuk merealisasikannya.