Kesehatan Ilmuwan di China Menjadi Sorotan
China, dengan perkembangan teknologi dan sains yang pesat, memiliki beberapa fakta memprihatinkan di balik pencapaian besar negara tersebut. Beberapa ilmuwan asal China baru-baru ini meninggal dunia karena beban kerja yang begitu berat, termasuk Li Haibo yang meninggal pada usia 41 tahun. Menurut laporan dari Jiupai News, Li meninggal karena penyakit mendadak, tanpa ada obituari atau upacara peringatan yang dilakukan. Profesor di Universitas Ningxia, Li fokus pada material nano, elektrokimia, dan material optoelektronik, dengan bidang penelitian terkait baterai lithium, sodium ion, dan desalinasi air laut.
Lebih dari 100 makalah jurnal internasional dan 16 paten di China serta satu Amerika Serikat (AS) telah diterbitkan oleh Li. Dalam sebuah wawancara, Li mengungkapkan bahwa rutinitas kerjanya termasuk tidur hanya empat hingga lima jam per hari dan harus mengkonsultasikan ratusan artikel. Li juga merupakan salah satu dari 2% ilmuwan teratas menurut universitas Stanford pada tahun 2023.
Kejadian ini tidak hanya menimpa Li, namun juga ilmuwan lainnya di China. Seorang profesor fakultas arsitektur lanskap Nanjing University, Li Zhiming, meninggal bulan lalu dan dinyatakan karena sakit. Ada juga Yang Bingyou (54), wakil presiden Universitas Heilongjiang, yang meninggal akhir Maret karena sakit. Hal ini menyoroti pentingnya kesehatan ilmuwan dan perlunya istirahat yang cukup. Ilmuwan bukanlah robot, mereka manusia yang memerlukan keseimbangan antara waktu kerja dan istirahat.
Semoga kejadian ini menjadi peringatan bagi semua tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan istirahat.