Di era layanan streaming digital yang semakin berkembang, muncul pertanyaan menarik apakah platform seperti Netflix dan Vidio menjadi ancaman bagi eksistensi bioskop di Indonesia. Ruben Hattari, Direktur Urusan Global Netflix Asia Tenggara, memaparkan bahwa Netflix sebenarnya tidak memiliki strategi khusus untuk bersaing dengan bioskop. Menurut Ruben, kedua ekosistem ini sebenarnya saling melengkapi dan mendukung industri layar secara keseluruhan. Dia juga menegaskan bahwa tidak perlu ada persaingan antara Netflix dan bioskop, karena keduanya sebenarnya dapat hidup berdampingan dengan baik.
Ruben juga membahas hasil studi dampak ekonomi sektor layar yang menunjukkan potensi penciptaan hingga 200 ribu lapangan kerja di sektor terkait seperti pariwisata dan fesyen. Hal ini menunjukkan bahwa industri layar memiliki dampak positif yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dia juga menyebut bahwa Netflix telah melisensikan sekitar 50 film Indonesia pada tahun sebelumnya, dan berharap dapat meningkatkan jumlahnya di tahun ini.
Hermawan Sutanto dari Vidio juga menegaskan bahwa streaming sebenarnya bukanlah kompetitor bagi bioskop. Dengan jumlah layar fisik yang terbatas, streaming menjadi solusi distribusi lanjutan bagi film-film Indonesia. Pandemi Covid-19 juga memberikan contoh bahwa bioskop dan layanan streaming dapat tumbuh bersama. Selama lockdown, jumlah penonton di platform streaming meningkat signifikan. Namun, pasca pandemi, penjualan tiket bioskop juga mengalami peningkatan, sementara layanan streaming juga terus tumbuh.
Seperti diungkapkan Edwin Nazir, Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia, keduanya dapat hidup berdampingan dengan memberikan kontribusi positif bagi industri layar secara keseluruhan. Pandemi Covid-19 menjadi kesempatan untuk membuktikan bahwa baik bioskop maupun layanan streaming dapat saling mendukung dan bertahan dalam dinamika industri hiburan yang terus berkembang.