Perubahan iklim memiliki dampak besar bagi kehidupan di Bumi. Menurut studi yang diterbitkan di jurnal Nature, anak-anak yang lahir pada tahun 2020 dihadapkan pada risiko krisis iklim yang semakin parah. Bencana iklim ekstrem seperti gelombang panas, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan gagal panen diprediksi akan terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Ilmuwan memperkirakan bahwa anak-anak generasi 2020 memiliki kemungkinan 2 hingga 7 kali lipat lebih besar untuk mengalami peristiwa iklim langka daripada generasi sebelumnya.
Dalam studi tersebut, terungkap bahwa jika suhu global meningkat sebesar 2,7°C pada tahun 2100, maka anak-anak akan menghadapi risiko yang lebih tinggi. Anak-anak yang lahir saat ini berpotensi mengalami gelombang panas mematikan, gagal panen, dan banjir skala ekstrem. Ketimpangan generasi dalam menghadapi dampak krisis iklim juga menjadi sorotan, di mana anak-anak yang lahir saat ini akan terpapar paparan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya jika suhu tidak terkendali.
Selain itu, ketimpangan sosial-ekonomi juga memperburuk dampak dari perubahan iklim. Anak-anak dari kelompok berpendapatan rendah cenderung lebih rentan terhadap risiko seumur hidup dibandingkan dengan anak-anak dari kalangan yang lebih tinggi. Area tropis seperti Sub-Sahara Afrika, Asia Timur, dan Amerika Selatan diprediksi akan menjadi wilayah yang paling terdampak.
Para akademisi mengingatkan pentingnya aksi cepat untuk mengatasi krisis iklim, dengan mengurangi emisi, bertransisi menuju nol emisi, dan menjaga masa depan anak-anak dunia. Pemerintah di seluruh dunia dipanggil untuk mengambil tindakan nyata dalam menghadapi masalah iklim guna memberikan masa depan yang aman bagi generasi mendatang. Dengan demikian, penting bagi kita semua untuk peduli dan berkontribusi dalam mengatasi krisis iklim global demi keberlangsungan Bumi dan anak cucu kita. Semoga informasi ini bermanfaat.