Pemerintahan Donald Trump akhirnya mengakhiri pembatasan ekspor chip kecerdasan buatan (AI) dari AS ke China, seperti dinyatakan oleh Nvidia saat berkunjung ke Beijing. Meskipun chip AI H20 akan kembali dikirim ke China setelah diblokir sebelumnya, pemerintahan AS tidak memberikan akses teknologi tersebut secara cuma-cuma. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyebutkan bahwa kesepakatan chip ini merupakan bagian dari negosiasi logam tanah jarang milik China, yang berarti China juga akan mulai menjual logam tersebut ke manufaktur AS. Meskipun demikian, detail lebih lanjut mengenai kesepakatan lengkap antara kedua negara belum diungkap.
Nvidia, perusahaan chip terbesar di dunia, telah mengajukan permohonan kepada pemerintah AS untuk melanjutkan penjualan unit pemrosesan grafis H20 ke China. Pencabutan kontrol ekspor chip ke China menunjukkan melunaknya hubungan dagang AS-China setelah perang tarif sebelumnya. Namun, keputusan ini menuai kritik dari beberapa anggota legislatif AS yang menganggap bahwa keputusan tersebut akan menyerahkan teknologi tercanggih AS kepada musuh asing. Beberapa pihak juga mengkhawatirkan bahwa hal itu tidak konsisten dengan posisi sebelumnya terkait pengendalian ekspor ke China.
Meskipun demikian, Nvidia bertekad untuk terus menjual chip AI H20 ke China untuk mendukung pengembangan perusahaan AI di sana, meskipun proses tersebut masih di bawah pengawasan ketat dari AS dan China. Produsen chip AI lainnya, seperti AMD, juga tengah memproses permohonan lisensi untuk mengirim chip mereka ke China. Saat ini, pasar AI di China sangat besar dan inovatif, sehingga menjadikan kerjasama ini sangat penting bagi kedua negara. Meski demikian, keputusan ini tetap menuai pro dan kontra di kalangan pejabat dan legislator AS serta China.