AI dan Dampaknya pada Dunia Kerja: Perspektif Generasi Tua
CEO OpenAI, Sam Altman, mengakui bahwa AI akan membawa dampak besar pada dunia kerja, dengan beberapa pekerjaan manusia akan tergantikan oleh mesin AI. Namun, Altman lebih fokus pada dampak AI terhadap generasi tua yang akan segera pensiun daripada pada anak muda yang baru lulus kuliah.
Dalam sebuah podcast bersama Cleo Abram, Altman menyampaikan kekhawatirannya terhadap kelompok manusia berusia 62 tahun yang sulit beradaptasi dengan teknologi baru. Altman mengatakan bahwa anak muda adalah kelompok yang paling baik dalam menghadapi perubahan teknologi.
Meskipun melihat potensi hilangnya beberapa pekerjaan, Altman menilai bahwa anak muda memiliki akses yang lebih besar terhadap teknologi canggih yang dapat menggantikan pekerjaan yang dulunya membutuhkan banyak tenaga manusia. Namun, untuk generasi tua, belajar menggunakan AI dan meningkatkan kompetensi mereka akan menjadi lebih sulit.
Survei menunjukkan bahwa mayoritas warga AS berusia 50 tahun ke atas merasa terancam dengan AI, dengan hanya sedikit dari mereka yang antusias menyambut teknologi tersebut. Altman percaya bahwa AI dapat memberikan peluang baru bagi siapa saja yang bisa memanfaatkannya dengan baik, terutama dalam menciptakan produk atau layanan baru yang bernilai.
CEO Nvidia, Jensen Huang, juga menyoroti kesempatan yang ditawarkan oleh AI bagi pengguna dari segala usia. Dengan memanfaatkan teknologi AI, siapa pun memiliki kesempatan untuk menciptakan produk dan layanan baru serta meraih pendapatan tambahan. Namun, Huang juga menegaskan bahwa karyawan yang tidak menggunakan AI berisiko untuk tergantikan oleh yang mampu menggunakan teknologi tersebut.
Dalam perkembangan terkini, AI diprediksi dapat menghapus pekerjaan entry-level dan white-collar dalam waktu lima tahun ke depan. Hal ini menunjukkan pentingnya adaptasi dan pemahaman terhadap teknologi AI, terutama bagi generasi tua yang harus berusaha untuk terus belajar demi tetap relevan dalam dunia kerja yang semakin berkembang.
