Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bukti ilmiah terbaru tentang adanya tsunami raksasa di wilayah selatan Jawa ribuan tahun yang lalu. Hasil riset paleotsunami yang dilakukan oleh tim Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG) menyoroti potensi ancaman megatsunami yang masih mengintai daerah padat penduduk itu.
Menurut Peneliti Ahli Madya PRKG BRIN, Purna Sulastya Putra, paleotsunami merupakan kajian ilmiah untuk mengidentifikasi tsunami masa lalu yang tidak tercatat dalam sejarah manusia. Temuan BRIN mengungkapkan adanya lapisan sedimen tsunami kuno sekitar 1.800 tahun yang ditemukan di berbagai titik sepanjang selatan Jawa, mulai dari Lebak, Pangandaran, hingga Kulon Progo.
Riset paleotsunami dilakukan dengan pengamatan lapangan, termasuk di lingkungan rawa dan laguna. Analyisis lanjutan dilakukan untuk membuktikan bahwa lapisan sedimen tersebut berasal dari endapan tsunami. Temuan menunjukkan bahwa tsunami raksasa di selatan Jawa bersifat berulang, dengan siklus sekitar 600-800 tahun.
Dengan jumlah penduduk di wilayah pesisir selatan Jawa diperkirakan akan mencapai lebih dari 30 juta orang pada tahun 2030, ancaman tsunami ini menjadi perhatian serius. BRIN juga menyoroti bahwa pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut belum sepenuhnya mempertimbangkan risiko tsunami.
Hasil riset BRIN berpotensi menjadi landasan dalam penetapan kebijakan tata ruang dan mitigasi bencana. Data paleotsunami ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi zona rawan, menetapkan lokasi evakuasi, dan merancang jalur evakuasi yang efisien. Edukasi kebencanaan berbasis riset diharapkan dapat ditingkatkan di semua lapisan masyarakat.
BRIN mendorong semua pihak, termasuk pemerintah, akademisi, media, dan masyarakat, untuk bersama-sama membangun budaya sadar risiko. Meskipun tsunami tidak bisa dicegah, namun pengetahuan dan kesiapan akan dapat membantu meminimalkan korban jiwa dan kerugian yang ditimbulkan. Dengan demikian, kesiapsiagaan merupakan kunci keselamatan dalam menghadapi ancaman bencana alam seperti tsunami.