Kisah Kekejaman Perang Saudara di China: Bakar Uang Terjadi!

Pertarungan sengit di antara e-commerce besar China untuk memenangkan perang “ritel instan” di dalam negeri diperkirakan akan makin menekan laba jangka pendek hingga menengah mereka. Alibaba, Meituan, dan JD.com saling jor-joran diskon hingga kupon untuk merebut pangsa pasar, namun strategi ini justru membakar uang mereka hingga menekan margin keuntungan. Analis memperingatkan persaingan ini akan memangkas laba jangka pendek hingga menengah, sekaligus menambah tekanan deflasi di ekonomi terbesar kedua dunia tersebut. Bahkan analis memperkirakan total pembakaran uang industri ini mencapai lebih dari US$4 miliar hanya dalam kuartal II 2025 untuk promosi dan subsidi. CEO JD.com Sandy Xu bahkan menyebut adanya persaingan berlebihan yang tidak berkelanjutan, sementara CEO Meituan Wang Xing menilai industri memasuki fase baru kompetisi. PDD Holdings juga mengakui persaingan kian intensif sepanjang kuartal berjalan. Menyusul persaingan, regulator telah mengingatkan perusahaan untuk tidak terjebak dalam perang harga balapan ke dasar. July lalu, Meituan, Alibaba, dan JD.com bahkan terpaksa mengeluarkan pernyataan resmi berkomitmen menahan persaingan harga. Dalam upaya untuk mempertahankan atau memperluas pangsa pasar, S&P Global memperkirakan ketiga perusahaan besar itu akan mengeluarkan minimal 160 miliar yuan dalam 12-18 bulan ke depan. Margin diprediksi sulit pulih dalam 1-2 tahun mendatang. Rugi jangka pendek diharapkan akan terbayar dengan potensi keuntungan jangka panjang. Alibaba memproyeksikan segmen ritel instan dapat menambah 1 triliun yuan nilai transaksi tahunan dalam tiga tahun mendatang. Meski demikian, regulator berulang kali mengingatkan agar perusahaan tidak terjebak dalam perang harga balapan ke dasar.

Source link