Gelombang PHK sedang melanda di berbagai tempat, dengan penyebab yang kompleks, mulai dari ketidakpastian ekonomi karena konflik geopolitik hingga kemajuan teknologi AI yang semakin efisien yang membuat perusahaan mulai menggantikan pekerja manusia. Perusahaan teknologi besar yang sebelumnya menyangkal klaim AI akan menggantikan pekerja manusia kini mulai mengakui dampak teknologi masa depan ini terhadap lapangan kerja. CEO Amazon, Andy Jassy, mengumumkan kemungkinan PHK yang terus berlanjut karena penggunaan AI yang terus diimplementasikan dalam operasional perusahaan. Amazon juga melaporkan telah mengoperasikan 1 juta robot pekerja di fasilitas gudang dan pengiriman.
CEO Ford Motor, Jim Farley, juga mengakui bahwa banyak pekerjaan kantoran yang terancam oleh pengembangan AI yang semakin maju. Laporan terbaru dari para peneliti Microsoft mengungkap 40 daftar pekerjaan yang akan terdampak oleh AI, termasuk penerjemah, ahli sejarah, dan layanan pelanggan. Customer Service (CS) dan penjualan juga menjadi divisi pekerjaan yang harus bersaing, bahkan digantikan oleh AI. Microsoft menegaskan bahwa kemampuan AI untuk mengambil alih beberapa pekerjaan tidak selalu membuat profesi tersebut sepenuhnya tergantikan. Meskipun demikian, laporan tersebut telah menimbulkan perhatian karena perusahaan seperti IBM telah membekukan ribuan profesi baru yang diharapkan akan diambil alih oleh AI dalam 5 tahun ke depan.
Para lulusan di Inggris juga menghadapi krisis pasar kerja yang disebabkan oleh penggunaan AI untuk memangkas biaya. CEO Nvidia, Jensen Huang, membenarkan tren AI yang akan berdampak pada pekerjaan manusia dan menekankan pentingnya adaptasi terhadap perkembangan teknologi ini. Meskipun banyak pekerjaan ‘kerah putih’ yang membutuhkan pendidikan tinggi terdampak oleh AI, ada juga profesi yang diprediksi tidak akan terlalu terganggu oleh kehadiran teknologi ini. Dengan demikian, penting bagi kita untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan yang akan dibawa oleh AI dalam dunia kerja.
