Tradisi Jepang: Mengenal Upacara Seijin Shiki

Upacara Seijin Shiki merupakan tradisi unik Jepang untuk menyambut generasi muda yang telah mencapai usia 20 tahun, dianggap sebagai orang dewasa dengan hak dan tanggung jawab baru. Awalnya, upacara ini bermula dari upacara Seinen-Sai yang dilaksanakan pada tahun 1946 sebagai bentuk kekhawatiran terhadap masa depan generasi muda setelah Perang Dunia II. Setiap tahunnya, upacara ini diselenggarakan pada hari Senin kedua bulan Januari dan telah ditetapkan sebagai hari libur nasional sejak tahun 1948.

Tradisi perayaan kedewasaan di Jepang sudah dikenal sejak zaman kuno dan memiliki nama khusus untuk laki-laki (Genbuku) dan perempuan (Mogi). Para peserta yang diundang adalah mereka yang berusia 20 tahun, menurut kalender usia Jepang, dan menerima undangan resmi dari pemerintah daerah setempat. Dalam upacara tersebut, para peserta mengenakan pakaian tradisional Jepang, seperti kimono khusus untuk wanita dan jas formal atau haori untuk pria.

Upacara Seijin Shiki berlangsung sekitar satu jam dengan pidato dari pejabat daerah tentang tanggung jawab sosial dan moral yang harus diemban oleh peserta sebagai warga dewasa. Ada juga sesi pemberian cendera mata dan kesempatan bagi peserta untuk makan dan berfoto bersama keluarga dan teman. Berbagai daerah di Jepang memiliki keunikan tersendiri dalam penyelenggaraan upacara ini, misalnya di Tokyo, Prefektur Chiba, kota Narita, dan Kitakyushu.

Tujuan dari upacara Seijin Shiki adalah untuk mengingatkan generasi muda akan tanggung jawab sosial, masa depan, peran dalam masyarakat, serta budaya negara. Ritual ini telah menjadi bagian penting dalam mempertahankan nilai-nilai budaya Jepang dan menandai transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa. Seijin Shiki bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa, melainkan simbol kesiapan untuk mengambil keputusan penting dalam kehidupan dewasa.

Source link