Industri mobil otomatis tanpa sopir (autonomous vehicles/AV) semakin kompetitif, dengan China dan Amerika Serikat (AS) bersaing ketat untuk memimpin industri otomotif terbaru, yang merupakan evolusi dari mobil listrik (electric vehicles/EV). Ini juga membuka peluang bisnis baru dalam bentuk transportasi online atau ride-hailing berbasis taksi otomatis (robotaxi), yang telah diuji coba oleh beberapa perusahaan di China dan AS seperti Waymo, Cruise, Didi Chixing, Baidu Apollo, WeRide, AutoX, SAIC Motor, Pony.ai, Zoox, dan Tesla. Meskipun Tesla telah berbicara banyak tentang layanan robotaxi, namun hingga saat ini layanan tersebut belum beroperasi secara publik. Sementara Waymo, anak perusahaan Alphabet (Google), telah menjadi pemain utama dalam pasar robotaxi di AS, dengan melayani 200.000 perjalanan berbayar per minggu di San Francisco, Los Angeles, dan Phoenix, serta melakukan ekspansi ke Austin, Texas, dan Bay Area, San Francisco.
Ini semua bermula dari ambisi Google sekitar 16 tahun yang lalu, ketika proyek kendaraan tanpa pengemudi menjadi inisiatif utama Google X dan kemudian berkembang menjadi Waymo. Setelah bertahun-tahun melakukan riset dan pengembangan serta memperoleh izin regulasi, Waymo akhirnya meluncurkan layanan robotaxi untuk publik pada tahun 2020. Sejak itu, Waymo telah mendapatkan suntikan dana eksternal sebesar US$5,6 miliar dari berbagai perusahaan investasi. Dalam waktu 3 tahun, Waymo telah memberikan lebih dari 1 juta layanan dan pada tahun 2024, layanan Waymo One sudah mencapai lebih dari 4 juta layanan. Waymo terus berekspansi, menambah layanannya di berbagai kota di AS, seperti Austin, Atlanta, dan Miami, serta melakukan uji coba di 10 kota termasuk Las Vegas dan San Diego. Perhatian terus diberikan pada keamanan kendaraan tanpa sopir, dengan fokus pada membangun budaya keselamatan dan kepercayaan dalam upaya untuk menghadirkan layanan yang aman dan andal bagi pengguna.