Xiaomi telah mencatat pertumbuhan yang luar biasa di awal tahun 2025, berhasil menduduki posisi puncak sebagai pembuat HP nomor 1 di China dan Indonesia dalam kuartal-I. Di China, Xiaomi berhasil mengungguli merek-merek terkenal seperti Huawei, Oppo, Vivo, dan Apple dengan pertumbuhan sebesar 39,9%, menurut laporan dari IDC. Sementara itu, di Indonesia, Xiaomi berhasil memperoleh pangsa pasar sebesar 19,5% dan melampaui pesaingnya, seperti Transsion, Oppo, Samsung, dan Vivo, menurut laporan dari Canalys. Peringkat global Xiaomi juga semakin meningkat, menduduki peringkat ketiga sebagai smartphone dengan pangsa pasar terbesar, dengan pengapalan yang naik 3% menjadi 41,8 juta unit ponsel, berdasarkan laporan dari Canalys.
Pada laporan kinerja Q1 2025, Xiaomi mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 47% tahun-ke-tahun (YoY). Pendapatan mereka mencapai 111,3 miliar yuan, melampaui estimasi analis yang sebelumnya memproyeksikan sebesar 107,6 miliar yuan. Keuntungan bersih setelah penyesuaian juga melonjak di atas 10 miliar yuan untuk pertama kalinya, tumbuh sebesar 65% YoY, juga melebihi estimasi analis. Presiden Xiaomi, Lu Weibing, menyatakan bahwa strategi perusahaan untuk fokus pada produk-produk premium telah menghasilkan hasil yang positif.
Selain merilis rangkaian HP premium, Xiaomi juga mulai membidik pasar mobil listrik. Dalam beberapa bulan terakhir, Xiaomi meluncurkan model YU7 yang dijadwalkan akan diluncurkan di pasar pada bulan Juli 2025. Xiaomi YU7 diharapkan akan bersaing langsung dengan Tesla Model Y, kendaraan listrik yang sangat populer di China. Bisnis mobil listrik Xiaomi juga meraup kesuksesan dengan pendapatan sebesar 18,1 miliar yuan pada Q1 2025, dengan penjualan sebanyak 75.869 unit SU7 dalam tiga bulan pertama tahun itu.
Kinerja positif Xiaomi telah mencerminkan dalam kenaikan saham perusahaan, yang naik 2,3% setelah laporan kinerja Q1 2025. Perusahaan juga semakin fokus pada pengembangan produk-produk premium, dari HP hingga peralatan rumah tangga. Sementara Xiaomi mengalami peningkatan, performa iPhone justru mengalami penurunan di China dengan anjloknya penjualan sebesar 9% YoY dan menduduki posisi kelima dalam daftar ponsel paling laris. Rencana Trump untuk memberlakukan tarif 25% bagi HP impor juga membuat Apple terpaksa mempertimbangkan pemindahan manufaktur dari China dan India ke AS, meskipun aksi tersebut mungkin akan menyebabkan harga iPhone naik hingga mencapai US$3.500 per unit.