CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengalami cedera pada kakinya saat latihan seni bela diri campuran (mixed martial arts/MMA).
Zuckerberg diketahui memiliki mimpi besar terkait Metaverse, namun ekosistem industri tersebut tidak menunjukkan perkembangan positif. Ia telah berinvestasi besar pada dunia Metaverse dan bahkan mengubah nama perusahaannya dari Facebook menjadi Meta sebagai bagian dari langkahnya menuju dunia virtual.
Namun, pasar headset Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) yang mendukung Metaverse mengalami penurunan signifikan selama dua tahun terakhir. Tahun ini, penurunan lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menurun hampir 40% menjadi US$664 juta (Rp 10,3 triliun), dari tahun sebelumnya sebesar US$1,1 miliar (Rp 17 triliun).
Di internal Meta, upaya terkait Metaverse juga mengalami hambatan. Unit Reality Labs yang mengembangkan VR dan AR, mengalami kerugian US$3,7 miliar (Rp 57,4 triliun) pada kuartal ketiga dengan penjualan sebesar US$210 juta (Rp 3,2 triliun). Selama tahun 2022 hingga 2023, Reality Labs telah merugi total mencapai US$25 miliar atau sekitar Rp 338 triliun.
Meskipun demikian, Meta merupakan salah satu pemimpin pasar VR dengan rilis merek Quest, termasuk versi 3 yang diluncurkan Oktober lalu. Selain Meta, Sony juga telah meluncurkan headset PlayStation VR2 pada awal tahun ini, namun belum berhasil meraih banyak pembeli.
Meta menolak untuk memberikan komentar terkait masalah ini, namun postingan blog dari Chief Technology Officer Andrew Bosworth menyebutkan bahwa Metaverse dan AI di dalam perusahaan merupakan pertaruhan jangka panjang yang bukanlah hal yang mudah dan murah.*CNBC International*
Artikel Selanjutnya
Muara Baru Akan Dibangun Pabrik LED, Epicentrum dan Sony City Siap Branding Baru Jakarta Utara
*(npb/npb)*