Pencipta Android Andy Rubin harus menelan pahitnya kegagalan pasca angkat kaki dari Google pada 2014 silam. Ia terkena kasus pelecehan seksual, meski sempat mengaku mengundurkan diri secara sukarela, bukan dipecat.
Lalu, pada 2015 Rubin menciptakan ‘Essential Phone’ dengan membawa inovasi pada bodi dengan layar berbingkai tipis dan dukungan software jangka panjang. Sayangnya, Essential Phone memutuskan berhenti beroperasi pada 2020.
Keruntuhan Essential disebabkan penjualan yang tak sesuai ekspektasi, ditambah reputasi Rubin yang buruk akibat kasus pelecehan seksual di Google. Meski Essential secara perusahaan sudah tutup, namun orang-orang di baliknya bersatu untuk menangkap peluang baru. Pada 2020, mantan kepala R&D Essential, Jason Keats, bersama beberapa mantan petinggi Essential mendirikan OSOM yang merupakan singkatan ‘Out of Sight, Out of Mind’.
Nama itu merefleksikan keinginan tim eks Essential untuk menciptakan produk yang fokus pada privasi. Tim OSOM juga memutuskan tak ingin terlibat lagi dengan Rubin.
Untuk mendanai produksi massal, pemasaran, dan pengembangan masa depan, OSOM bermitra dengan platform mata uang kripto Solana untuk merilis OV1 sebagai ‘Saga’.
Lalu, pada Maret tahun ini, Solana diduga tak mau lagi mendanai pengembangan Saga Two sebagai produk selanjutnya dari OSOM.
Hal ini menjadi awal-mula kehancuran OSOM. Perusahaan mencoba membuat kamera berbasis AI sebagai produk selanjutnya. Mereka mencoba menjualnya ke HP.
Namun, OSOM gagal mendapatkan pendanaan baru. Setelah lelah mencoba berbagai opsi dan keuangan memburuk, Keats dan para eksekutif di OSOM memutuskan menutup perusahaan, dikutip dari Android Authority, Kamis (5/9/2024).
Menurut beberapa sumber, eksekutif OSOM menggelar pertemuan internal pada pekan ini untuk menutup perusahaan. Mayoritas karyawan akan dipangkas pada Jumat (6/9) besok.
Beberapa engineer akan tetap bekerja sebagai kontraktor, agar perusahaan bisa memenuhi kewajiban ke Solana untuk menelurkan pembaruan keamanan baru bagi Saga pada Desember mendatang.
Karyawan yang terdampak PHK akan mendapatkan pesangon dan hak perlindungan kesehatan hingga jangka waktu tertentu (COBRA), seperti yang dilakukan perusahaan lain saat mengadakan PHK.
Selain itu, ada pula pertentangan internal antara Keats dan mantan Chief Privacy Offiver OSOM, Mary Stone Ross. Ross menuduh kondisi keuangan OSOM memburuk karena Keats yang menghamburkan uang perusahaan untuk menopang gaya hidup mewahnya. Hal ini dibantah Keats.
Dengan tutupnya OSOM, harapan perusahaan untuk memproduksi Saga Two pupus. Namun, bisa jadi Solana Mobile akan mencari mitra lain untuk memproduksi perangkat.
Solana Mobile tak bersedia memberikan komentar lebih lanjut soal hal ini.