Pencipta ChatGPT secara terbuka menyatakan bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) yang menjadi dasar produk perusahaannya dapat menghancurkan peradaban manusia.
Pada bulan Mei lalu, CEO OpenAI (perusahaan induk ChatGPT), Sam Altman mengajukan permohonan yang mendesak kepada anggota parlemen di subkomite Senat di Washington, DC.
Tujuan pengajuan ini adalah agar pihak berwenang segera menciptakan peraturan yang bijaksana dan mampu memanfaatkan potensi besar kecerdasan buatan (AI), sambil memitigasi risiko AI menggantikan manusia.
Altman menyatakan bahwa ini adalah momen yang penting bagi dirinya dan masa depan AI. Dengan diluncurkannya ChatGPT OpenAI pada akhir tahun lalu, Altman memperkenalkan alat baru yang mampu menghasilkan gambar dan teks sebagai respons terhadap permintaan pengguna, yaitu teknologi AI generatif.
Tidak lama setelah dirilis, ChatGPT menjadi viral dan ramai diperbincangkan. Para CEO menggunakan ChatGPT untuk menyusun email, orang-orang dapat membuat situs web tanpa pengalaman pengkodean sebelumnya, bahkan ada yang berhasil lulus ujian dari sekolah hukum dan bisnis.
Teknologi ini memiliki potensi untuk merevolusi hampir semua industri, termasuk pendidikan, keuangan, pertanian, dan layanan kesehatan, mulai dari operasi hingga pengembangan vaksin.
Namun, alat-alat ini juga menimbulkan kekhawatiran mengenai kecurangan di sekolah dan penggantian pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh manusia. Menurut Altman, hal ini menjadi ancaman nyata bagi kemanusiaan.
Kehadiran AI telah membuat para ekonom memperingatkan tentang adanya kehilangan lapangan kerja. Sekitar 300 juta pekerjaan penuh waktu di seluruh dunia dapat diotomatisasi melalui AI generatif. Laporan dari Forum Ekonomi Dunia menyebutkan bahwa sekitar 14 juta posisi pekerjaan bisa hilang dalam lima tahun ke depan.
Dalam kesaksiannya di depan Kongres, Altman mengatakan bahwa salah satu hal yang paling menjadi perhatiannya adalah potensi penggunaan AI untuk memanipulasi pemilih dan menyebarkan disinformasi.
Dua minggu setelah sidang, Altman bergabung dengan ratusan ilmuwan, peneliti, dan pemimpin bisnis AI dalam menandatangani surat yang menyatakan bahwa “pengendalian risiko kepunahan akibat AI harus menjadi prioritas global, sejajar dengan risiko sosial lainnya seperti pandemi dan perang nuklir”.
Peringatan ini mendapatkan liputan luas di media, dan beberapa orang berpendapat bahwa peringatan ini menunjukkan perlunya menghadapi skenario apokaliptik secara lebih serius.
Artikel Selanjutnya:
Bos ChatGPT Punya Pesan Khusus Buat Warga RI, Menusuk! [Link Video CNBC] (Dem)