Menjelang pelantikan Donald Trump, perusahaan teknologi seperti Meta Platforms (Facebook, Instagram, WhatsApp) dan Amazon membuat langkah untuk menyesuaikan diri dengan situasi politik yang berubah. Mereka memutuskan untuk mengurangi program keberagaman di tempat kerja sebagai respons terhadap tekanan dari Partai Republik yang menentang program inklusi. Tidak hanya itu, enam perusahaan di Amerika Serikat juga telah memperbarui kebijakan internal mereka terkait representasi ras dan etnis di perusahaan. Langkah ini diambil setelah 25 perusahaan menerima surat dari pemegang saham publik yang menentang program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi yang dianggap sebagai diskriminasi ilegal.
Protes atas kasus kekerasan polisi terhadap George Floyd dan warga kulit hitam Amerika Serikat pada tahun 2020 memicu gerakan untuk meningkatkan inkusivitas di perusahaan. Meta Platforms sendiri telah menghentikan program DEI (Diversity, Equity, and Inclusion) yang berdampak pada proses rekrutmen, pelatihan, dan pemilihan pemasok. Sementara Amazon secara terbuka menyatakan niatnya untuk mengurangi program inklusi yang sudah lama ada. Hal ini terungkap dari memo internal perusahaan pada bulan Desember 2024.
Kelompok konservatif telah menentang program inklusi ini dan mengancam menggugat perusahaan yang tetap mempertahankannya. Elon Musk dan pendukung Trump bahkan menyalahkan program DEI atas respons yang dianggap lambat terhadap kebakaran hutan di Los Angeles. Langkah-langkah ini menunjukkan bagaimana perusahaan teknologi berusaha menyesuaikan diri dengan politik dan tekanan eksternal yang ada.