Harga saham J&T Express mengalami penurunan sebesar 1,33% saat melantai di bursa Hong Kong atau IPO hari ini. Layanan logistik asal Indonesia ini memulai perdagangan di angka 11,84 HKD pada Jumat pagi setelah pembukaan di 12 HKD. J&T Express berhasil mendapatkan pendapatan sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,92 triliun dari IPO ini, menjadikannya IPO terbesar di bursa Hong Kong sepanjang tahun 2023.
Beberapa investor yang berpartisipasi dalam IPO ini adalah perusahaan besar seperti Tencent dari China, Sequoia dari Amerika Serikat, Boyu dari China, SF Express, dan Temasek dari Singapura. Namun, aktivitas IPO global masih terbatas dan peringkat IPO global di Hong Kong turun ke posisi ke-8 pada kuartal ketiga tahun 2023, menurut laporan KPMG.
J&T Express awalnya berharap mendapatkan dana sebesar US$ 1 miliar dari IPO ini, tetapi target tersebut dipangkas setengah karena permintaan investor yang belum memadai. China merupakan pasar terbesar bagi J&T Express, dengan hampir 83% paket pengiriman mereka berasal dari China. J&T Express memiliki kemitraan dengan beberapa perusahaan e-commerce China seperti Pinduoduo, Taobao, dan Tmall.
Di Indonesia, J&T Express menghadapi risiko pelanggaran regulasi mengenai kepemilikan perusahaan kurir oleh entitas asing yang dibatasi hingga 49%. Namun, J&T Global menjelaskan dalam prospektusnya bahwa mereka mendaftarkan perusahaan J&T Indonesia sebagai perusahaan modal dalam negeri (PMDN) dan memiliki kontrak dengan perusahaan induk di Indonesia serta pemegang saham korporasi dan individu di Indonesia.
Meskipun J&T Express mengalami kerugian pada 6 bulan pertama tahun ini, perusahaan ini memiliki rencana untuk meningkatkan volume paket, pangsa pasar, mengendalikan biaya, dan meningkatkan margin keuntungan. J&T Express juga merupakan salah satu penyedia layanan logistik terbesar di Asia Tenggara dengan pangsa pasar sebesar 22,5% dari segi volume paket yang dikirimkan.
Namun, terdapat ketidaksesuaian dalam prospektus J&T Express mengenai kepemilikan perusahaan di Indonesia. Dalam prospektus tersebut, PT Global Jet Express tercatat sebagai perusahaan PMDN, namun J&T Global Express sebelumnya mengakui bahwa mereka tidak memiliki saham di Indonesia. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai pelanggaran UU investasi dan penggunaan nominee oleh J&T Express.
J&T Express mulai beroperasi di Indonesia dan kemudian meluas ke luar negeri dengan kolaborasi bersama beberapa e-commerce seperti Taobao, Shein, dan TikTok.