Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk menghadapi gugatan baru terkait fitur autopilot di mobil Tesla. Dalam persidangan pekan lalu, Hakim Pengadilan Florida mengatakan ada bukti kuat Musk mengetahui soal bobroknya sistem kemudi tanpa awak (automated driveing) pada produk Tesla.
Namun, Musk tetap membiarkan produknya dijual di pasaran, tanpa memperhatikan keselamatan pengguna. Hakim Florida juga mengatakan hal tersebut sudah jadi rahasia umum di jejeran eksekutif Tesla.
Kasus Tesla ini sudah berlangsung sejak 2019. Kala itu, Hakim Judge Reid Scott mengizinkan tuntutan hukum ke Tesla setelah insiden kecelakaan mobil yang menewaskan Jeremy Banner.
Banner meninggal ketika mengendarai Tesla Model 3 dengan mengaktifkan mode tanpa awak. Mobilnya menembus ke bawah traktor dan mengakibatkan atap mobil hancur.
Keluarga Banner menuntut Tesla dengan tuduhan kelalaian sistem pada unit produknya, dikutip dari BusinessInsider, Kamis (23/11/2023).
Pihak keluarga mengatakan Tesla mengetahui masalah pada sistem tanpa awak produknya, tetapi tetap mempromosikan kemampuan tersebut untuk menggenjot penjualan.
Pengadilan menemukan bahwa kasus Banner mirip dengan kecelakaan yang dialami Joshua Brown pada 2016 silam. Pengemudi tersebut mengendarai Tesla Model S dan mengalami kecelakaan mematikan.
Kedua kecelakaan tersebut terjadi karena sistem tanpa awak Tesla gagal mendeteksi truk yang melintas di jalan. Hasilnya, korban meninggal berjatuhan.
Pernyataan Musk soal berbagai kecelakaan Tesla mendulang kontroversi. Apalagi, ia terus-menerus menjual fitur autopilot tersebut.
Pada 2016, ia mengatakan sistem autopilot Tesla mampu mengemudi lebih baik daripada manusia. Ia juga mengumbar bawa siste autopilot merupakan solusi yang memecahkan masalah. Pernyataan itu ia lontarkan setelah Brown meninggal.
Tesla juga dikritik soal iklan yang dipublikasikan pada Oktober 2016. Kala itu, tampak mobil Tesla berjalan dengan mulus mengelilingi kota. Tesla mengklaim mobil tersebut mengemudi secara otomatis. Padahal, laporan Reuters mengungkap iklan tersebut telah di-setting sedemikian rupa.
Laporan Washington Post pada Juni lalu menunjukkan ada 736 insiden kecalakaan yang melibatkan sistem autopilot Tesla sejak 2019. Sebanyak 17 di antaranya meninggal dunia.