Jakarta, CNBC Indonesia – Malaysia menjadi salah satu negara yang paling cepat merespons popularitas teknologi kecerdasan buatan (AI), terutama dari sektor pembangunan infrastruktur pusat data (data center).
Pemerintah Malaysia memusatkan wilayah Johor sebagai sarang data center AI untuk memenuhi kebutuhan yang membludak akan penyimpanan, pengelolaan, dan pelatihan sistem AI.
Padahal, Johor tiga tahun lalu merupakan lahan yang diperuntukan bagi industri perkebunan kelapa sawit. Kini, jarak 100 mil dari pohon-pohon tropis tersebut, dibangun gedung-gedung data center yang membentuk proyek konstruksi AI terbesar di dunia.
Perusahaan asing berbondong-bondong menyasar Johor untuk investasi data center. Beberapa di antaranya ada ByteDance yang menggelontorkan US$ 350 juta dan Microsoft yang membeli lahan 49 hektar senilai US$ 95 juta.
Google menggelontorkan dana US$ 2 miliar pada Juni lalu. Investasi tersebut untuk membangun pusat data dan wilayah cloud pertama di negara tersebut.
Baru-baru ini, Blackstone membayar US$ 16 miliar untuk membeli operator data center AirTrunk yang salah satu lokasinya di Johor. Lalu, Oracle juga mengumumkan invstasi US$ 6,5 miliar untuk sektor data center di Malaysia, meski tak menyebut spesifik lokasinya.
Secara keseluruhan, investasi data center di Johor yang bisa digunakan untuk AI dan komputasi cloud diestimasikan mencapai US$ 3,8 miliar pada tahun ini menurut Maybank.
“Sepintas, Johor tak menarik. Tetapi kalau diperhatikan lagi, sangat masuk akal [berinvestasi di Johor],” kata Peng Wei Tan, senior managing director Blackstone yang memimpin akuisisi AirTrunk, dikutip dari Wall Street Journal, Selasa (8/10/2024).
Kenapa Asing Ramai ke Malaysia?
Jawabannya adalah kebutuhan yang membludak dari raksasa teknologi untuk melatih chatbot, mengembangkan mobil tanpa awak, serta adopsi teknologi AI lainnya secepat mungkin.
Untuk mengakomodir kebutuhan itu, mereka membutuhkan data center yang mencapuk ribuan chip komputer. Infrastruktur itu membutuhkan kapasitas listrik yang besar dan sumber daya air untuk pendinginan.
Virginia Utara selama ini dikenal sebagai pasar data center terbesar di dunia karena kapasitas listrik, lahan, dan air yang mumpuni. Namun, suplainya makin tergerus. Raksasa teknologi juga tak bisa mengandalkan…
Kuantiti tambahan
Oleh karenanya, Malaysia menjadi pilihan utama bagi perusahaan teknologi karena menyediakan infrastruktur yang memadai serta memiliki hubungan baik dengan negara-negara besar seperti AS dan China.
Di samping itu, lokasi Malaysia yang dekat dengan perbatasan Singapura juga menjadikan Johor sebagai titik strategis untuk mengalirkan teknologi AI secara global.
Dengan demikian, Malaysia berhasil menggeser Singapura sebagai destinasi utama pembangunan data center di Asia. Meskipun demikian, tantangan terbesar yang dihadapi Malaysia adalah ancaman krisis air dan listrik akibat meningkatnya kebutuhan dari data center yang ada.
Pemerintah Malaysia harus segera menemukan solusi untuk menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi dan kebutuhan masyarakat lokal terkait krisis air dan listrik yang semakin mengancam.
Melalui insentif dan regulasi yang jelas, diharapkan Malaysia mampu menjadi pasar data center terbesar di dunia dalam beberapa tahun ke depan, serta memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan industri teknologi global.