Aliansi antar perusahaan otomotif tidaklah sesuatu yang jarang terjadi. Seiring dengan sejarah yang panjang, dua produsen mobil atau lebih sering bergabung untuk menyatukan sumber daya dan menghasilkan mobil dengan platform yang sama atau teknologi bersama. Namun, yang sedang menjadi sorotan saat ini adalah rencana merger antara Honda dan Nissan, dengan Mitsubishi sebagai salah satu pemain kunci.
Meskipun Mitsubishi adalah mitra Nissan dan telah bekerja sama dengan Honda dan Nissan dalam pengembangan mobil listrik, perusahaan tersebut tampaknya enggan ikut serta dalam merger yang sedang digodok antara Honda dan Nissan. Seorang sumber yang dilansir oleh Reuters mengungkapkan bahwa Mitsubishi lebih memilih untuk tetap berhubungan secara independen dengan kedua perusahaan tersebut daripada bergabung dalam rencana merger.
Alasan di balik keengganan Mitsubishi mungkin karena takut akan suaranya yang akan tenggelam dalam perusahaan yang didominasi oleh Honda dan Nissan. Dalam hal produksi, Honda dan Nissan jauh lebih besar daripada Mitsubishi. Honda menghasilkan 4,19 juta kendaraan pada tahun 2023, sementara Nissan mencapai 3,44 juta unit. Sementara Mitsubishi hanya mampu memproduksi lebih dari 1 juta kendaraan dalam periode yang sama.
Meskipun Nissan memiliki saham terbesar di Mitsubishi, perusahaan ini telah membeli kembali sejumlah saham dari Nissan, mengurangi kepemilikan Nissan pada merek tersebut. Keputusan akhir Mitsubishi untuk ikut serta dalam merger ini diperkirakan akan diambil pada akhir Januari. Hingga saat ini, Mitsubishi belum secara resmi mengumumkan apakah mereka akan ikut serta dalam merger atau tidak.
Jika Mitsubishi memilih untuk tidak bergabung, mereka mungkin akan tetap menjalin kemitraan dengan Honda dan Nissan dalam berbagi teknologi. Namun, jika memutuskan untuk menjadi bagian dari merger, Mitsubishi bisa melihat kemungkinan untuk kembali bersinar di pasaran global seperti yang pernah dicapainya di masa lalu. Selain itu, fokus Mitsubishi pada pasar Asia Tenggara juga dapat tetap terjaga.
Meskipun rencana merger ini tampaknya membingungkan, CEO Honda sendiri mengalami kesulitan dalam menjelaskan alasan di balik penggabungan ini. Bagi Mitsubishi, baik memilih bergabung maupun tetap independen, mereka harus mempertimbangkan dengan cermat langkahnya untuk memastikan kelangsungan bisnis mereka di masa depan.