Piramida Carstensz, atau Puncak Jaya, sedang menjadi perbincangan publik setelah dua pendaki wanita, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal saat turun dari puncak pada 28 Februari 2025. Mereka kehilangan nyawa akibat hiportemia atau acute mountain sickness (AMS) saat berada di perjalanan menuju base camp Lembah Kuning. Puncak Carstensz sendiri terkenal sebagai salah satu dari tujuh gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian mencapai 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl), berlokasi di Pegunungan Jayawijaya Papua, satu-satunya tempat bersalju di Indonesia.
Dengan suhu yang bisa mencapai 0 derajat Celcius, Puncak Jaya mampu menghasilkan salju abadi yang menarik banyak pendaki dan peneliti untuk menaklukkan gunung tertinggi dalam 7 Summit. Namun, kondisi salju di wilayah ini semakin menipis seiring perubahan iklim global, seperti yang terlihat dalam layanan Google Earth Timelapse. Penampakan gunung dari tahun 1984 hingga 2020 menunjukkan penyusutan yang signifikan dari area bersalju, meninggalkan sedikit tempat dengan salju.
Faktanya, wilayah es di Puncak Jaya hanya tersisa 2 kilometer persegi dari luas awalnya yang mencapai 200 kilometer persegi. Laporan dari PBB juga menunjukkan bahwa gletser Carstensz diperkirakan akan mencair dalam waktu 3 dekade ke depan akibat pemanasan global. Situs Warisan Dunia PBB yang memiliki gletser juga mengalami penyusutan yang mengkhawatirkan, membuat perlunya upaya bersama untuk membatasi pemanasan global.
Gletser merupakan indikator perubahan iklim yang penting, dan penyusutannya menjadi sinyal bagi kondisi lingkungan yang semakin buruk. Oleh karena itu, selain Carstensz, situs Warisan Dunia lainnya juga diperkirakan akan kehilangan gletsernya pada tahun 2050 jika pemanasan global tidak terkendali. Situasi yang serba cepat ini menuntut langkah-langkah konkret untuk melindungi pegunungan dan gletser dunia dari kepunahan dan kerusakan yang tak terelakkan.