Penipuan di internet semakin canggih dengan berbagai modus yang berkembang, termasuk pasar gelap yang menawarkan layanan CaaS atau Cybercrime as a Service. Menurut CNBC Internasional, CaaS memberikan akses kepada komunitas hacker untuk melancarkan serangan siber dengan menggunakan berbagai alat seperti ransomware, botnet, dan data curian.
Dengan adanya layanan CaaS, kejahatan siber semakin mudah dilakukan tanpa memerlukan keahlian teknis yang tinggi. Pasar gelap seperti Abacus Market, Torzon Market, dan Styx menawarkan platform enkripsi untuk melindungi anonimitas pengguna dari deteksi serta menggunakan mata uang kripto untuk transaksi.
Meskipun penggunaan mata uang kripto dapat dilacak melalui blockchain, Chainalysis menyatakan bahwa metode ini lebih aman daripada transaksi dengan mata uang tradisional. Selain darknet, para penjahat siber juga menggunakan internet publik dan aplikasi pertukaran pesan seperti Telegram untuk bertransaksi.
Salah satu pasar terbesar yang teridentifikasi adalah Huione Guarantee, sebuah platform yang menyediakan berbagai layanan terpadu untuk kejahatan siber. Platform ini menjual berbagai alat untuk melakukan penipuan, mulai dari investasi palsu, asmara, hingga platform judi ilegal.
Ransomware menjadi salah satu modus penipuan yang paling marak terjadi, terutama di kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki jumlah serangan ransomware tertinggi dibandingkan dengan negara tetangga lainnya. Ancaman yang ditimbulkan oleh ransomware tergantung pada varian virusnya, baik ransomware locker maupun ransomware crypto.
Untuk menghindari serangan ransomware, penting untuk mengamankan layanan jarak jauh, memperbarui perangkat lunak secara berkala, melakukan pencadangan data secara rutin, dan meningkatkan edukasi karyawan tentang keamanan siber. Dengan mengikuti berbagai tips ini, diharapkan dapat mengurangi risiko terkena serangan ransomware dan menjaga keamanan data secara keseluruhan.