Sikat gigi adalah salah satu alat kebersihan yang digunakan oleh hampir semua orang di seluruh dunia. Namun, tahukah Anda bahwa sikat gigi dapat berkontribusi pada perubahan global? Perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu tanda kiamat semakin dekat, dan berbagai aktivitas manusia, termasuk penggunaan sikat gigi, memiliki dampak besar terhadap hal ini.
Pada zaman dahulu, sikat gigi dibuat dari bahan alami seperti bambu atau kulit kayu. Namun, sejak ditemukannya sikat gigi modern pada abad ke-20, perubahan iklim mulai terjadi. Bahan-bahan sintetis seperti plastik dan nilon mulai digunakan dalam pembuatan sikat gigi, yang ternyata tidak ramah lingkungan.
Menurut berbagai studi, sikat gigi menjadi bagian dari krisis lingkungan karena kebanyakan sikat gigi tidak dapat terurai dengan cepat dan berakhir menjadi sampah. Data menunjukkan bahwa jika setiap orang mengganti sikat giginya setiap tiga hingga empat bulan, akan ada lebih dari satu miliar sampah sikat gigi di Indonesia saja setiap tahunnya. Angka ini bahkan belum termasuk total populasi dunia.
Perusahaan yang peduli lingkungan seperti Haeckels di Inggris juga mencatat bahwa jutaan sikat gigi dibuang setiap tahun karena habis pakai, tanpa memperhitungkan dampak limbah dari sikat gigi listrik yang mengandung baterai. Penelitian menunjukkan bahwa plastik, termasuk yang digunakan dalam sikat gigi, dapat membutuhkan ratusan tahun untuk terurai dan selama itu akan melepaskan gas rumah kaca.
Permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh sikat gigi ini semakin menjadi sorotan, dan para ahli menyarankan untuk mulai mencari alternatif yang ramah lingkungan. Meskipun plastik biodegradable terlihat sebagai pilihan yang baik, namun tidak selalu lebih baik daripada plastik tradisional. Kemampuan untuk memilih produk-produk yang ramah lingkungan, termasuk sikat gigi, dapat membantu meredakan dampak negatif terhadap lingkungan yang semakin meningkat.