Bencana global yang diprediksi akan terjadi pada akhir abad ini semakin mendekati dan semakin mengancam kelangsungan hidup makhluk di Bumi. Lebih dari 15.000 ilmuwan dari 161 negara menuliskan prediksi mereka dalam makalah yang dipublikasikan dalam Jurnal BioScience terkait perubahan iklim yang mengerikan. Para ilmuwan telah lama mengingatkan akan dampak ekstrem perubahan iklim akibat tingginya suhu global yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti emisi gas rumah kaca. Sebuah studi oleh peneliti pascadoktoral dari Oregon State University (OSU) mengungkapkan potensi bencana masa depan, termasuk kekurangan air dan makanan.
Data mengejutkan juga muncul seiring dengan pecahnya banyak rekor iklim pada tahun 2023. Contohnya, musim kebakaran hutan Kanada yang sangat aktif, menandakan akan rezim kebakaran baru. Para peneliti yang terlibat dalam penelitian ini, seperti Profesor William Ripple dari OSU, mengungkapkan pola yang mengkhawatirkan pada tahun 2023. Namun, upaya manusia dalam memerangi perubahan iklim yang dilakukan masih minim.
Selain industri bahan bakar fosil, subsidi dari pemerintah di Amerika Serikat juga turut serta dalam menyebabkan efek buruk terhadap lingkungan. Subsidi ini meningkat dua kali lipat dari 2021-2022, dan peneliti menyarankan untuk mulai beralih dari bahan bakar fosil sebagai langkah pencegahan bencana lebih lanjut. Selain itu, konsumsi berlebih dari kalangan kaya juga perlu diperhatikan.
Jika rekomendasi dan langkah-langkah tersebut dapat dijalankan, masih ada harapan untuk menjaga masa depan Bumi dari bencana yang semakin terancam.