Peningkatan teknologi dalam dunia saat ini membawa perkembangan pesat namun juga menimbulkan berbagai kasus penipuan yang semakin canggih. Tahun lalu, kita menyaksikan modus penipuan seperti deepfake, kloning suara, dan phishing berbasis kecerdasan buatan (AI). Namun, kabarnya hal ini hanyalah awal dari era penipuan baru yang didukung oleh AI.
Prediksi dari Forbes menunjukkan bahwa era penipuan berbasis AI akan menjadi ancaman serius tahun ini, terutama bagi perusahaan fintech dan rekening bank. Penjahat siber kini memiliki senjata baru yang sulit terdeteksi berkat teknologi AI.
Beberapa modus penipuan berbasis AI yang harus diwaspadai antara lain deepfake dalam serangan email bisnis (BEC), chatbot penipu asmara, skema penipuan “pig butchering” dengan AI massal, dan pemerasan menggunakan deepfake yang menargetkan eksekutif dan pejabat. Di AS, 53% profesional akuntansi pernah menjadi target serangan email BEC, sementara 40% email BEC dibuat sepenuhnya oleh AI.
Penipuan asmara dengan chatbot AI otonom juga semakin berkembang, membingungkan korban apakah sedang berinteraksi dengan manusia atau bot AI. Selain itu, penipuan investasi dan pemerasan juga semakin masif dengan adanya deepfake untuk video dan kloning suara.
Untuk mempertahankan keamanan secara online, masyarakat dan korporasi perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai modus penipuan yang semakin canggih berkat teknologi AI. Semakin banyak informasi dan edukasi yang diberikan kepada publik, semakin kecil kemungkinan penipuan AI dapat merusak keuangan dan reputasi.