Renault Group sedang dalam proses mencari CEO baru setelah Luca de Meo memutuskan untuk mengundurkan diri setelah memiliki jabatan selama lima tahun. Sebelumnya, de Meo turut memberikan kontribusi dalam pemulihan merek SEAT dari Volkswagen Group selama lima tahun masa jabatannya sebelum akhirnya bersama Renault pada bulan Juli 2020. Di tengah tantangan besar yang dihadapi perusahaan, termasuk kerugian bersih sebesar €7,3 miliar pada paruh pertama tahun ini, de Meo berhasil memberikan dorongan dengan fokus pada produk dengan margin yang lebih tinggi dan memangkas waktu pengembangan. Program perputaran yang ia lakukan, yang dikenal sebagai “Renaulution”, membentuk dasar bagi serangkaian produk yang direvitalisasi dengan fokus pada SUV, dengan pengorbanan beberapa model yang penjualannya lebih lambat.
Selain menghidupkan kembali model ikonik seperti Renault 5 dan Renault 4 dalam versi listrik dan crossover, serta merencanakan kehadiran kembali Twingo sebagai mobil listrik entry-level, de Meo juga gencar memperkuat posisi Dacia di Eropa dengan merilis SUV kompak Bigster. Investasi di Alpine juga menjadi salah satu langkah yang diambil de Meo untuk mengamankan masa depan merek tersebut, dengan rencana meluncurkan beberapa model listrik di masa depan, termasuk pengganti listrik A110 yang dijadwalkan diluncurkan akhir dekade ini.
Setelah meninggalkan Renault, de Meo akan melanjutkan karir di luar industri otomotif dengan bergabung sebagai CEO di Kering, perusahaan induk multinasional Prancis yang terkenal dengan barang-barang mewah seperti Gucci, Balenciaga, dan Yves Saint Laurent. Dewan Direksi Renault Group kini sedang mencari pengganti de Meo, dengan hari terakhir kerja de Meo dijadwalkan pada tanggal 15 Juli. Meski meninggalkan Renault, de Meo tetap bangga atas pencapaian yang telah diraih selama memimpin perusahaan tersebut, menyebutnya sebagai yang terbaik dalam sejarah Renault.