![](https://portalberitatribun.net/wp-content/uploads/2025/07/seniman-berkostum-zombie-menakuti-penumpang-lrt-jakarta-di-stasiun-pegangsaan-dua-jakarta-senin-1572.jpeg; charset="utf-8")
Penyalahgunaan Scopolamine, atau yang lebih dikenal sebagai ‘devil’s breath’, telah menjadi ancaman serius di beberapa wilayah Amerika Selatan. Meskipun obat ini sebenarnya digunakan dalam dunia medis untuk mencegah mual dan mabuk perjalanan, namun penyalahgunaannya sebagai narkoba menyebabkan efek yang sangat merugikan.
Scopolamine dapat menghilangkan memori, menyebabkan hilangnya kesadaran, dan memfasilitasi tindak kriminal. Dalam kasus-kasus di Paris, London, dan Inggris lainnya, obat ini telah terlibat dalam kejahatan serius seperti perampokan dan pembunuhan. Sebagai tropane alkaloid, Scopolamine berasal dari tumbuhan dan memiliki efek psikoaktif yang kuat sehingga digunakan dalam ritual spiritual di Amerika Selatan secara tradisional.
Namun, penggunaan obat ini di luar indikasi medisnya dapat membahayakan nyawa seseorang. Efek ‘zombie’ yang dihasilkan oleh Scopolamine membuat korban merasa kebingungan, mengalami halusinasi, bahkan hilang kendali sepenuhnya. Lebih lanjut, obat ini juga diketahui memiliki efek yang merugikan pada kognisi dan sistem kolinergik tubuh.
Dengan risiko penyalahgunaan yang semakin meningkat, penting untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya Scopolamine. Penggunaan obat ini secara rekreasional dapat menjadi bumerang, karena batas antara efek halusinogen dan racun sangat tipis. Oleh karena itu, langkah pencegahan dan pengawasan terhadap penggunaan Scopolamine perlu ditingkatkan demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
