Jakarta, CNBC Indonesia – Tanda ‘kiamat’ semakin sering terdengar dan digaungkan oleh para pakar. Suhu Bumi terus mencatat rekor terpanas dari bulan ke bulan.
Para ilmuwan dan pakar iklim terus mewanti-wanti bahwa suhu Bumi akan melewati batas maksimum yang disepakati dalam konferensi iklim di Paris pada tahun 2015.
Lembaga pengawas iklim di bawah Uni Eropa, Copernicus, menyatakan bulan Mei 2024 sebagai bulan terpanas sepanjang sejarah. Ini menandai 12 bulan berturut-turut di mana Bumi mencatat rekor suhu tertinggi, sebagaimana dikutip dari Fast Company, Jumat (7/6/2024).
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) juga memprediksi bahwa suhu global rata-rata dari tahun 2024 hingga 2028 akan melampaui batas 1,5 derajat Celsius sejak era pra-industri yang disepakati dalam pembicaraan di Paris.
Menurut jurnal Earth System Science Data yang dipublikasikan oleh 57 ilmuwan, peningkatan suhu pada tahun 2023 lebih signifikan daripada tahun sebelumnya.
Para ilmuwan sebenarnya tidak terkejut dengan tren ini. Penggunaan bahan bakar fosil yang masif dan peningkatan karbon dioksida yang berkontribusi terhadap pemanasan global telah lama menjadi perhatian.
Pada tahun 2023, tingkat gas panas yang terperangkap di atmosfer mencapai tingkat tertinggi dalam sejarah, menurut Lembaga Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA).
Karbon dioksida meningkat karena gas rumah kaca dari aktivitas manusia. Pada tahun 2023, jumlah karbon dioksida mencapai peringkat tertinggi ketiga dalam 65 tahun, menurut NOAA.
Efek pemanasan global secara signifikan membawa ‘kiamat’ bagi manusia. Perubahan iklim membuat cuaca sulit diprediksi dan berubah-ubah. Bencana alam dan gelombang panas tampaknya semakin melanda beberapa wilayah secara acak.
Gelombang panas yang baru-baru ini melanda Asia menyebabkan sekolah ditutup di Filipina dan banyak orang meninggal di Thailand. Rekor cuaca panas juga terjadi di Indonesia, Malaysia, Maladewa, dan Myanmar.
Di India, gelombang panas selama beberapa minggu juga menyebabkan sekolah ditutup dan banyak orang meninggal.
Ilmuwan memperingatkan bahwa jika suhu rata-rata Bumi melewati batas 1,5 derajat Celsius maka situasi akan semakin parah. PBB memprediksi perubahan besar dalam ekosistem Bumi akan dimulai pada suhu rata-rata antara 1,5 hingga 2 derajat Celsius.
Beberapa dampak yang mungkin terjadi adalah punahnya terumbu karang, mencairnya gunung es, dan hilangnya beberapa tumbuhan dan hewan. Cuaca ekstrem yang membahayakan manusia dan merusak infrastruktur juga menjadi tidak terelakkan.
Untuk mengurangi perubahan iklim, penggunaan bahan bakar fosil harus dihentikan. Hal ini menjadi faktor terbesar yang menyebabkan pemanasan global.
“Ilmuwan memperingatkan bahwa sebelum gas rumah kaca dihentikan dari produksi, Bumi akan terus memecahkan rekor suhu dengan diiringi oleh cuaca ekstrem dan bencana alam,” kata Jennifer Francis, ilmuwan di Woodwell Climate Research Center di Massachusetts.
Meskipun peralihan ke energi terbarukan sudah diupayakan, namun upaya tersebut harus lebih ditingkatkan.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya: Matahari Terbit dari Barat Jadi Tanda Kiamat, NASA Ungkap Fakta Ini
(fab/fab)