Indonesia memiliki jumlah serangan buaya terhadap manusia tertinggi di dunia, dengan insiden yang cukup tinggi terjadi di Bangka Belitung. Media asing bahkan menyoroti fenomena buaya yang sangat mematikan di Indonesia. Menurut laporan CrocAttack, ada lebih dari 1.000 serangan buaya dalam 10 tahun terakhir, dengan 486 di antaranya fatal. Studi dari jurnal Biological Conservation menyebutkan tiga provinsi dengan kasus serangan tertinggi, antara lain Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Timur.
Aktivis lingkungan, Langka Sani, mengungkapkan bahwa serangan buaya di Pulau Bangka meningkat secara signifikan dalam enam tahun terakhir, dengan lebih dari 60 kematian sejak 2016. Menurut Langka, konflik antara manusia dan buaya semakin meningkat karena habitat buaya rusak akibat aktivitas manusia. Pulau Bangka kaya akan timah, yang dieksploitasi untuk industri elektronik. Penambangan ilegal telah merusak habitat buaya muara, yang sering kali menyerang manusia.
Selain itu, aktivitas penambangan timah di sekitar muara sungai membuat buaya muara terganggu dan bertarung memperebutkan wilayah, yang mengakibatkan beberapa buaya berpindah ke daerah perkotaan. Hal ini menyulitkan upaya penyelamatan oleh organisasi seperti Alobi Foundation. Meskipun buaya dilindungi oleh undang-undang, banyak yang dibunuh oleh warga karena konflik yang tinggi dengan manusia. Meskipun demikian, populasi buaya di Bangka tampaknya tetap stabil atau mungkin meningkat, meski belum ada data pasti mengenai jumlahnya. Hanya melalui pemahaman dan tindakan yang tepat, konflik antara manusia dan buaya di Indonesia dapat diatasi.