Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin mengancam pekerja kantoran, yang mendorong banyak orang untuk mencari solusi menghadapi tantangan tersebut. Salah satunya adalah dengan kembali melirik pekerjaan lama, seperti yang terjadi di sejumlah sekolah di Amerika Serikat. Sekolah-sekolah ini mulai mengajarkan keahlian pertukangan dan pengelasan menggunakan teknologi tinggi yang ada saat ini.
Sebagai contoh, SMA Middleton di negara bagian Wisconsin telah memperbarui laboratorium manufakturnya dengan mengucurkan dana sebesar US$90 juta. Laboratorium ini kini dilengkapi dengan lengan robot yang dikendalikan melalui komputer dan dapat diamati melalui jendela kaca besar. Untuk menarik minat siswa, guru bahasa Inggris yang menjadi instruktur pengelasan di sekolah tersebut menjelaskan tentang potensi gaji yang bisa didapat pekerja di industri manufaktur. Hal tersebut membuat sebanyak 2.300 siswa tertarik mengambil kelas tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Kelas-kelas tersebut memberikan pelajaran mengenai konstruksi, manufaktur, dan pertukangan kayu, yang sebelumnya telah diajarkan di sekolah-sekolah AS pada era 1990-an hingga 2000-an. Menurut konsultan pendidikan pemerintah bagian Wisconsin, John Mihm, ketertarikan terhadap keahlian pertukangan meningkat karena adanya kekhawatiran akan tergantikannya pekerja kantoran dengan kehadiran AI. Hal ini menciptakan paradigma baru di mana pekerjaan tangan dianggap sebagai pekerjaan berkeahlian tinggi dengan gaji yang menarik, sehingga menarik minat banyak orang untuk menjalankannya dengan mandiri.